Kuanheun, gmitklasiskupang barat.or.id. – Berikut ini hasil wawancara bersama anak-anak, pendamping, panitia dan mahasiswa tentang bible camp yang mereka ikuti.
Nona Rindu Nggadas dari GMIT Kefas Klaimik mengatakan bahwa bible camp ini sangat bagus. Mereka bersemangat belajar lagi dari Alkitab. Dengan terus belajar dari firman Tuhan, ia sadar untuk terus melakukan kehendak Tuhan. Di lokasi bible camp mereka mendapatkan teman baru karena kegiatan diatur untuk anak-anak bisa berkumpul dalam kelompok-kelompok bersama anak-anak dari gereja lain.
Nyong Pedro Biaf dari GMIT Kalvari Boneana menyampaikan bahwa kegiatan ini semakin mendorong dia untuk belajar firman Tuhan. Di sini juga ia dilatih mental. Awalnya gugup, tetapi lama-lama mulai menguasai diri. Pedro mengikuti lomba story telling dan berhasil menjadi juara dua. Di sini Pedro mendapat banyak teman baru dan bisa seru-seruan , bergembira bersama.
Nona Aulia Saketu dari GMIT Pniel Panaf merasa senang ikut kegiatan ini mewakili gereja mereka. Ia bersyukur mendapat teman baru. Ia sangat senang karena tim mereka berhasil menjadi juara 4 lomba CCA, dengan persiapan yang apa adanya. Ketika ditanya mengapa sampai menawar waktu sampai tiga detik, ia menjawab: “Berani ambil resiko.Siapa tahu kami bisa menjawab, walaupun akhirnya kami mendapat minus (pengurangan nilai).”
Kakak Gerda Pandu (pendamping dari GMIT Masa MeribaTuamese): Perlombaan dalam bible camp ini mengingatkan kita untuk memepelajari juga tokoh-tokoh lain dalam Alkitab. Selama ini konstrasi belajar hanya pada tokoh-tokoh terkenal. Anak-anak dan pelayan PAR dimotivasi dan memotivasi diri untuk kembali mempelajari Alkitab secara keseluruhan. Baginya, anak-anak yang memainkan drama begitu mendalami tokoh yang diperankan. Terlihat semua bergembira, apalagi baru terbebas dari pembatasan setelah Covid-19. Sekiranya kembali dari bible camp anak-anak bertambah semangat bersekolah minggu dan mengajak lagi anak-anak lainnya.
Sementara Ibu Nonci Modok dan Ibu Nonce Lona (pengajar PAR GMIT Lidamanu Batubao) bersyukur atas kegiatan ini. Ini membantu anak-anak untuk terlatih mentalnya. Mereka juga diajarkan untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan baru. Mereka dapat menambah pengetahuan, terutama dengan lebih rajin membaca Alkitab. Mereka senang dengan kegiatan ini untuk me-refresh otak. Selain jadi pengajar, mereka juga adalah ibu rumah tangga yang setiap hari berhadapan dengan “tungku, tacu, periuk,” (baca=memasak), tetapi kalau di sini, mereka dilayani dengan baik. Siap ikut kegiatan saja. Mereka memberi apresiasi khusus atas pelayanan panitia.
Pengajar Ema Nggonggoek dari GMIT Ebenhaezer Sumlili mengatakan kegiatan ini kembali membawa anak-anak dalam keceriaan. Setelah Covid-19 melanda dan anak-anak lebih banyak memantau handphone, saatnya mereka menemukan dunia anak-anak dalam pertemuan bersama dengan teman-teman lain. Perlombaan dalam bible camp mendorong anak-anak dan guru belajar lebih giat dari Alkitab. Ketika ditanya tentang persiapan tim dalam menghadapi lomba CCA, ibu Ema mengatakan bahwa mereka dalam 2 minggu terakhir benar-benar full belajar, baik di gereja dan rumah. Mereka benar-benar fokus mempersiapkan tim CCA. Terbukti dengan menjadi juara satu. Bahkan mencetak nilai tertinggi (900) di final dari seluruh peserta lomba selama babak penyisihan sampai final.
Bagi kakak pengajar Yanto Koeslulat dari Kalvari Boneana, ketiga perlombaan dalam bible camp ini luar biasa membentuk mental anak. Mereka mendapat panggung untuk menempa mental sehingga ke depan mereka bisa “bermental baja.” Sebagai seorang pengajar ia dapat banyak pelajaran berharga, mendapat banyak lagu baru dan gerakan baru dalam tiap lagu. Ia juga mengalami bagaimana seorang anak dapat gampang mengingat cerita Alkitab dengan drama dan story telling.
Seorang panitia yang ditemui, kakak Imelda Misa dari GMIT Elim Bolok bertutur bahwa ini kegiatan yang baik untuk anak-anak. Karena itu panitia bekerja dalam segala keterbatasan untuk memberi yang terbaik bagi anak-anak. Kegiatan ini hanyalah salah satu cara memotivasi anak-anak untuk terus belajar firman Tuhan.
Pengurus PAR Klasis yang juga panitia kegiatan, kakak Sinta Lado mengapresiasi persiapan para peserta. Mereka mempersiapakan properti untuk dramatisasi yang sangat bagus, di luar dari apa yang dibayangkan panitia. Acting dalam dramatisasi terlihat natural. Itu menandakan anak-anak belajar dan berlatih dengan sungguh-sungguh. Di lomba story telling terlihat setiap anak mampu bercerita dan berusaha memaknai tiap cerita sehingga mudah dipahami. Khusus untuk CCA, ia memberi penghargaan khusus untuk tim yang berani terima tantangan penawaran waktu. Bahkan sampai mendapat nilai minus berkali-kali. Diakhir dari semua itu mereka bergembira. Tidak ada penyesalan, karena ia melakukannnya dalam proses dan mempertanggungjawabkan. Bahkan tidak ada yang perlu dipersalahkan. Anak-anak belajar bertanggungjawab dan menerima resiko dari setiap keputusan.
Hetty Susar, mahasiswa Fakultas Teologi UKAW Kupang yang sementara menjalani masa CP di GMIT Jemaat Faut’uf Tapak berpendapat bahwa kegiatan ini menarik. Anak-anak dan kemampuannya dikembangkan. Tiga perlombaan yang mereka ikuti menjadi sarana yang efektif untuk anak-anak dapat belajar Alkitab dengan sungguh-sungguh. Sebagai mahasiswa teologi yang suatu saat akan menjadi pendeta, kegiatan ini menjadi salah satu proses baginya untuk mempelajari suatu kegiatan di jemaat maupun klasis. Bagaimana peran pendeta dan pengajar, bahkan panitia dalam mengatur suatu kegiatan. Terutama para pengajar yang melatih dan mempersiapkan anak-anak untuk lebih kreatif.
Mahasiswa lainnya yang ikut menemani anak-anak adalah Dewi Ratih Rambu Ama. Kegiatan ini sejenak mengalihkan anak-anak dari gadget. Mereka terlihat fokus mengikuti seluruh rangkaian acara. Sekiranya ini menjadi awal baik agar anak-anak bisa terus terpacu belajar firman Tuhan. Sebagai mahasiswa ia melihat bagaimana panitia mengelola seluruh acara dalam kreatifitas. Ia terpacu untuk belajar dan terlibat dalam kepanitiaan dalam kegiatan yang lain.
GMIT Klasis Kupang Barat bagi kemuliaan Tuhan.f
Laporan: Pdt. yft hb