OEPAHA, SUATU BALADA DI UJUNG NEGERI

Pdt. Elvira Toha-TS, KMK Kupang Barat , anggota jemaat Tiberias Oepaha dan sebagian peserta rapat

Oepaha, gmitklasiskupangbarat.or.id. –Di manakah ujung dari suatu negeri? Pelosok negeri sering disebut sebagai ujung? Benarkah begitu? Sementara yang berada di pelosok, melihat tempat lain dari pelosok sebagai ujung negeri. Ujung negeri terletak pada tujuan langkah kaki menyusuri ke sana.

GMIT Klasis Kupang Barat terletak di dua kecamatan di Kabupaten Kupang: Kecamatan Kupang Barat dan sebagian Kecamatan Nekamese yaitu Desa Oelomin, Tunfe’u, Oenif, Usapi Sonbai, Bone, Taloitan, Tasikona dan Oepaha. Sebagian Kecamatan Nekamese yang termasuk dalam Klasis Kupang Barat, berbatasan dengan Kecamatan Kupang Barat dan Kecamatan Amarasi Barat.

Bulan Agustus 2022 telah diputuskan agar rapat berkala (bulanan) Klasis Kupang Barat dilaksanakan di Jemaat Oepaha. Jemaat Oepaha terdiri atas Mata Jemaat Tiberias Oepaha dan Mata Jemaat Pondok Pengharapan Oeana. Jemaat Oepaha terletak di ujung negeri jika dilihat dari pusat Klasis Kupang Barat di Batakte. Jemaat ini berbatasan dengan Samudra Indonesia dan Klasis Amarasi Barat. Jika berada di Oepaha, di manakah ujung negeri?

Pdt. Elvira T-Tode Solo dan anggota jemaat.

Pdt. Elvira Toha-Tode Solo, S.Si.Teol, MM adalah pendeta GMIT pertama yang melayani di Jemaat Oepaha sejak dimekarkan. Jemaat Oepaha dimekarkan dari Jemaat Sakalak pada tanggal 11 September 2021. Serah terima dan penempatan pelayan dilaksanakan 17 Oktober 2021. Mata Jemaat Tiberias Oepaha terdiri atas 48 kepala keluarga, sementara Mata Jemaat Pondok Pengharapan Oeana terdiri atas 38 kepala keluarga.

Pertemuan bulan Agustus dilaksanakan tanggal 10. Perjalanan menuju ujung negeri dimulai. Sejak beberapa hari sebelum “hari H,” berbagai informasi tentang perjalanan berseliweran di WhatsApp Grup Klasis. Sebagian menanyakan jalur perjalanan ke sana, sebagian berbagi informasi kendaraan bersama ke sana dan sebagian memantapkan diri membawa kendaraan sendiri.

Saya memulai perjalanan di pagi hari. Seperti biasa mengantar anak ke sekolah dan tidak lagi kembali ke Oenaek. Singgah sejenak di Sikumana untuk memastikan penjemput anak sekolah. Jam sembilan memulai perjalanan menuju Oepaha. Jalur Sikumana, Belo, Oelomin, Tunfe’u dan Oben dilewati. Sepeda motor memasuki wilayah Ikan Foti dengan segala kelokan dan lubang di jalanan beraspal.

Area Pah (negeri) Amarasi dimasuki. Kampung pertama di Amarasi Barat yaitu Ma’rena. Di Ma’rena ini terdapat jalan bercabang menuju Oepaha. Cabang jalan itu melewati Sekolah Menengah Teologi Kristen (SMTK) Baun. Perjalanan dilanjutkan menuju Riumata dan Saha di Desa Niukbaun, Amarasi Barat.

Senang rasanya melewati Pah Nai Rasi (sebutan lain negeri Amarasi). Sebagai orang yang lahir di Kuan (kampung) Koro’oto di Amarasi dan fasih berbahasa Amarasi, saya mencoba berkomunikasi dengan beberapa orang yang ditemui. Pembicaraan untuk mengetahui jalur perjalanan menuju ke Oepaha. Dialek yang saya gunakan adalah Amarasi Kotos, sementara di Amarasi Barat menggunakan dialek Ro’is. Tetapi kami saling mengerti. Beberapa menjawab menggunakan bahasa Amarasi Ro’is. Sementara yang lain memakai Melayu Kupang. Padahal saya bertanya menggunakan bahasa Amarasi dan berharap dijawab dengan bahasa Amarasi pula.

Sungai yang mulai mengering di batas Amarasi dan Nekamese.

Tiba di sungai, sepeda motor diistirahatkan. Sepeda motor dibasuh dengan air agar terlihat bersih. Sungai ini menjadi penanda batas Kecamatan Amarasi Barat dan Kecamatan Nekamese. Badan ini terasa pegal-pegal. Jalanan penuh debu dan aspal lapen yang rusak ditempuh. Pada bagian-bagian tertentu ditutupi tanah putih, di bagian lain bebatuan. Perjalanan yang menantang. Kelokan, turunan dan tanjakan berhasil ditaklukkan.

Ramai-ramai perjalanan

Setelah sungai, kampung pertama yang dimasuki adalah Oepaha. Ujung negeri yang dituju telah dicapai. Disambut riuhnya angin bertiup menggoyang pohon asam yang berbuah lebat. Di soraki bunyinya angin yang menerpa pohon Kasuari.  Terlihat suatu hamparan negeri di lembah yang subur. Di hamparan lembah ini, terdengar dentuman ombak Samudra Indonesia. Sementara mata memandang lebih jauh, terlihat barisan perbukitan membentang yang terlihat di sana daerah Oekona, Nilopon, Mukefeto dan Bone. Dalam hamparan lembah terdapat kampung Oepaha dan Oeana. Di seberang Oeana, setelah menyeberang sungai akan dijumpai Kampung Sakalak. Seterusnya akan bersambung ke Fetonai, Bone dan Batulesa atau dari Sakalak bersambung ke Mukefeto menuju Oben. Jalan berdebu, perbukitan dengan aspal yang rusak, sungai yang lebar tanpa jembatan, kerikil yang bisa membuat terjerembab adalah “makanan” sehari-hari pada jalur jalan-jalan ini. Sementara kendaraan pengangkut pasir tak hentinya melewati jalur jalan menuju Oeana dan sebaliknya.

Gedung gereja Mata Jemaat Tiberias Oepaha menjadi tempat pertemuan. Pdt. Elvira Toha-Tode Solo dan anggota jemaat menyambut penuh sukacita. Satu per satu peserta mulai berdatangan. Sebagian besar melewati jalur Amarasi Barat di bagian timur, sebagian kecil terutama yang dekat dengan Oepaha melewati jalur barat. Semua tiba dengan cerita perjalanan masing-masing. Beberapa sudah pernah sampai Oepaha, tetapi sebagian besar mengaku untuk pertama kalinya menginjakkan kaki di Oepaha. Goncangan dan teriakan di jalan menghangatkan basa basi perjalanan. Pegangan yang erat dan menahan napas ketika melewati medan yang sulit sambil sesekali menikmati pesona alam.

Suasana pertemuan bulanan klasis

Pertemuan bulanan klasis dipimpin oleh KMK Pdt. Doddy Octavianus, S.Th, WKMK Pdt Deddy Mage, S.Th, SMK Pnt. Yavid Soru, Amd.Pd, S.E dan BMK Pnt. Elsam Doko. Evaluasi dilakukan terhadap kegiatan yang telah dilewati dan membahas kegiatan-kegiatan yang akan berlangsung pada bulan Agustus dan September. Wajah lelah karena perjalanan jauh tak menyurutkan semangat untuk membahas tuntas berbagai kegiatan.

Dosen, mahasiswa IAKN, KMK Kupang Barat dan para mentor

Pada pertemuan inipun hadir dosen pembimbing Praktek Kerja Lapangan (PKL) mahasiswa Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Kupang. Para mahasiswa telah menjalani satu bulan PKL pada jemaat-jemaat di Klasis Kupang Barat. Dosen melakukan monitoring dan evaluasi bersama para mahasiswa dan mentor.

Menjelang petang, perjalanan kembali dimulai. Bayangan tentang jalur perjalanan kembali memenuhi pikiran. Apa lagi yang akan terjadi? Teriakan seperti apa lagi yang akan terdengar? Sementara jalur jalan manapun yang akan dilalui tetap tiada bedanya. Tidak bisa dihindari.

Jalur jalan di dalam sungai.

Oepaha… Suatu balada di ujung negeri. Negeri penuh kekayaan alam. Negeri yang menantang untuk ditaklukkan. Di ujung negeri itu, hidup komunitas orang percaya yang merasakan kemuliaan Allah turun temurun. Allah berkarya dan menjadikan tanah tempat berpijak, sungai dan lautan dipenuhi aneka rupa berkat. Terdengar balada keluh di ujung bibir tentang jalur perjalanan. Terdengar balada syukur tentang nikmatnya hidup di alam pedesaan dan berbagai kekayaannya. Di ujung negeri sesulit apapun, para penakluk terus tertantang untuk menoreh sejarah. Pdt. Elvira menjadi penakluk terkini. Jauh sebelum kehadirannya, dua perempuan tangguh telah meninggalkan noktah emas di hati umat di Oepaha. Mereka adalah Pdt. Mielsy Telikh-Mooy (2011-2014) dan Pdt. Maryanti Umbu Zogara (2018-2021) yang melayani 4 mata jemaat yaitu Eklesia Sakalak, Elim Fetonai, Tiberias Oepaha dan Pondok Pengharapan Oeana.

GMIT Klasis Kupang Barat bagi kemuliaan Tuhan.f

 

Laporan: Pdt. yft hb

2 Comments

Leave a Reply