MASA COLLEGIUM PASTORALE DI GMIT JEMAAT HOREB OEBATU (Edisi Kedua: Kisah Mahasiswa F.Th UKAW Kupang Di Tempat Pendidikan Lapangan)

Agriphina Halena Mabilegi (ujung kiri) dan PAR Horeb Oebatu di Bible Camp PAR Klasis Kupang Barat.

Oebatu, gmitklasiskupangbarat. –Hallo! Saya Agriphina Halena Mabilegi. Saya salah satu mahasiswi Collegium Pastorale (CP), semester 8 dari Fakultas Teologi, Universitas Kristen Artha Wacana Kupang. Saya sangat bersyukur saya diberikan kesempatan untuk hadir bersama Jemaat GMIT Horeb Oebatu, Klasis Kupang Barat. Jemaat ini terletak di Desa Sumlili, Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang. Saya diberikan kesempatan untuk belajar banyak hal serta terlibat dalam berbagai kegiatan yang diadakan.

Hari Jumat, 10 Juni 2022 kami berjumlah 12 orang berangkat dari kampus ke GMIT Klasis Kupang Barat untuk melaksanakan pendidikan lapangan atau praktek, baik itu Studi Kerja Lapangan (SKL) maupun CP. Saat kami tiba di kantor Klasis Kupang Barat di Batakte, kami mulai menunggu mentor kami untuk menjemput kami. Beberapa teman saya sudah dijemput untuk pergi tempat praktek masing-masing. Setelah menunggu beberapa lama akhirnya jemputan saya datang. Saya dijemput oleh beberapa anak pemuda yang bernama Rani Mesakh, Rido Mesakh dan Vance Saba. Saat melakukan perjalanan saya tanya kepada kaka Rani Mesak apakah kita sudah mau sampai? Lalu kaka Rani menjawab, ia sudah dekat dan sudah mau sampai. Tapi dalam hati saya bertanya, mengapa belum sampai? Mungkin baru pertama jadi merasa jauh. Setelah melakukan perjalan yang lumayan jauh akhirnya sampai di tempat saya akan melangsungkan praktek. Setelah sampai saya langsung diantar menuju rumah yang akan menjadi tempat tinggal selama saya praktek. Di sana mentor sudah  menunggu.

Sebelum melanjutkan cerita, saya akan memperkenalkan mentor dan keluarga serta keluarga tempat saya tinggal. Nama mentor saya Pdt. Netty S. Fanggidae-Dubu, M.Si.Teol.   Nama suami dari mentor saya Bpk. Dr. Rolland E. Fanggidae, S.Si, MM serta kedua anak dari mentor saya adik Cece Fanggidae dan adik Petra Fanggidae. Keluarga angkat selama praktek  yaitu Bapak Benyamin Mesakh, Mama Antoneta Sinlaeloe, kakak Eka Mesakh, kakak Ongki, kakak Boi, adik Rani Mesakh, adik Ridho Mesakh, adik Ben Mesakh.

Awalnya  sebelum saya sampai di tempat praktek saya merasa takut. Namun, saya sangat bersyukur karena Tuhan menghilangkan ketakutan dan menghadirkan orang-orang yang begitu ramah dan baik. Walaupun baru pertama kali bertemu, tetapi saya diterima dengan baik di tempat praktek. Mentor dan keluarga di rumah, menyambut saya dengan baik. Saya juga bersyukur, walaupun harus tinggal dengan anggota jemaat tetapi bapa, mama beserta semua anggota keluarga menerima saya dengan baik. Saya percaya bahwa Tuhan akan menuntun sampai selelesai praktek.

Saya sangat senang ketika bersama Jemaat GMIT Horeb Oebatu. Mereka menyambut saya dengan baik. Saat itu saya masih malu-malu untuk berbicara. Tetapi setelah satu minggu lebih saya mulai banyak bicara. Dalam hati saya berkata, buat apa malu? Suatu saat ketika menjadi seorang pelayan saya yang harus membawa diri di tengah-tengah jemaat. Dari situ saya mulai banyak berbicara, “bermain gila” dan mulai bercerita baik itu dengan bapak, mama, pemuda dan anak-anak PAR. Semua hari yang saya lewati selalu terkesan dan menyenangkan. Bapak dan mama angkat memberitahukan kepada saya: “Kaka kalau mau jalan  bawa ini motor sa atau minta tolong kaka dong antar dan jangan malu-malu mau buat apa na buat sa.” Betapa senangnya saya saat itu. Saat Bible Camp Pelayanan Anak dan Remaja (Sekolah Minggu) Klasis Kupang Barat di Jemaat Lahairoi Kuanheun, saya menggunakan sepeda motor motor untuk aktifitas pulang pergi. Bible camp berlangsung dari tanggal 3-5 Juli 2022.

Foto bersama dengan panitia setelah lomba Tekle dalam Camp Pemuda Klasis Kupang Barat.

Kemudian saya Camp Pemuda GMIT Klasis Kupang Barat di GMIT Jemaat Hosana Oekona tanggal 12-15 Juli 2022. Ketika saya mengikuti camp pemuda, saya dipilih sebagai pendamping. Saya bersyukur karena walaupun baru hadir bersama mereka tetapi mentor memberikan kesempatan untuk menjadi pendamping. Awalnya saya berpikir, apakah saya bisa atau tidak? Ini bukan mendampingi anak PAR melainkan pendampingi pemuda. Apakah mereka mendengarkan perkataan saya atau tidak? Selama mengikuti camp pemuda, air yang kami dapatkan terbatas dan aliran listrik yang bermasalah di tenda kami dari hari pertama sampai hari terakhir. Saya bingung harus bagaimana. Saya sudah pergi dan berbicara dengan panitia tetapi mereka mengatakan bahwa harus bersabar karena kabel tidak cukup, sedangkan teman-teman saya sudah menuntut untuk harus menyala. Saat itu saya benar-benar harus sabar dan memposisikan diri sebagai pendamping di tengah-tengah teman-teman saya yang sedang marah. Saya harus bisa menenangkan mereka. Hal yang membuat saya senang dengan mereka karena sekalipun mereka marah dan kecewa tetapi mereka tetap bersabar dan mendengarkan perkataan saya. Di satu sisi saya bersyukur karena dengan listrik tidak menyala kami bisa berkumpul, bercerita dan bersenda gurau bersama. Jikalau listrik menyala pasti masing-masing sibuk dengan hand phone. Selama berada di camp kami selalu beribadah pagi sebelum memulai kegiatan. Kami kecewa dengan panitia sebab selama tiga hari kegiatan berlangsung, kami tidak pernah dipanggil untuk menampilkan yel-yel untuk disaksikan semua peserta. Padahal kami udah mempersiapkan yel-yel mereka dengan sangat baik.

Saat mengikuti kegiatan camp pemuda beberapa dari kami sempat sakit. Cuaca sangat dingin dan tidur beralas terpal. Tetapi di bawah terpal terdapat batu-batu yang besar sehingga membuat badan terasa sakit. Kami berupaya untuk menggali dan meratakan tanah di dalam tenda kami. Semua persoalan yang kami rasakan tidak menyurutkan semangat kami mengikuti camp pemuda sampai selesai.

Setelah selesai kegiatan kami kembali ke Oebatu. Dalam perjalanan pulang teman-teman, menganggu saya karena masa prektek akan selesai. Kebersamaaan  kami akan segera berakhir. Saya sedih. Saya tidak dapat menahan air mata yang menetes.

Seiring berjalannya waktu tiba saatnya kami akan berpisah. Masa pendidikan lapangan segera berakhir. Saya sedih, tetapi di mana ada pertemuan pasti ada perpisahan. Kata-kata perpisahan dan pamitan diungkapan dalam ibadah minggu. Pemuda GMIT Horeb Oebatu menyiapkan acara khusus di Pantai Baliana. Kami bersenang-senang, berfoto dan makan bersama. Kemudian kami pulang dan di rumah ternyata mama Pendeta Netty bersama bapa, mama dan beberapa orang telah menyiapkan acara perpisahan khusus keluarga. Bagi saya, semua ini hanya simbol perpisahan karena saya sudah selesai menjalani masa praktek. Saya pasti akan datang lagi. Kita telah mengikat kebersamaan dalam ikatan kekeluargaan.

Terima kasih Mama Pendeta Netty untuk semua saran dan masukan yang luar biasa. Terimakasih untuk  Majelis Jemaat Jemaat Hoeb Oebatu yang menerima saya dengan sukacita. Terima kasih bapak dan mama angkat yang tidak membeda-bedakan kehadiran saya dengan yang lain. Terima kasih kaka adik angkat untuk kasih sayang yang saya rasakan seperti selayaknya saya dapat dalam keluarga saya sendiri. Terimakasih banyak untuk Pemuda GMIT Horeb Oebatu dan PAR atas kisah dan cerita bahagia selama CP. Terimakasih Jemaat Horeb Oebatu, banyak hal yang saya belajar dan saya dapatkan untuk menjadi bekal ketika jadi seorang pelayan nanti. Terimakasih untuk atas segalanya. Kiranya Tuhan terus menyertai Mama Pendeta Netty dan semua Jemaat GMIT Horeb Oebatu. Saya juga mengucap syukur karena Tuhan telah menyertai saya dan bahkan menyertai saya dari awal saya datang sampai saya kembali pulang. Saya bersyukur juga saya bisa menyelesaikan praktek dengan baik. Ini semua tidak akan terjadi tanpa campur tangan Tuhan.

GMIT Klasis Kupang Barat bagi kemuliaan Tuhan.f

 

Penulis: Agriphina Halena Mabilegi.

Editor: Pdt. yft hb

Leave a Reply