Sumlili, gmitklasiskupangbarat.or.id. –Perjalanan panjang sebagai sebuah jemaat telah dilalui oleh Jemaat GMIT Ebenhaezer Sumlili. Dimulai dari harapan agar jemaat-jemat di sekitar Sumlili, Oebatu dan Foeneno berkumpul dan beribadah sendiri di negeri mereka. Sebelum tahun 1959, persekutuan berjemaat tergabung di Oematnunu. Tahun 1959 harapan itu terkabul dengan hadirnya persekutuan beribadah di Sumlili. Jemaat ini diberi nama GMIT Ebenhaezer Sumlili. Dari penyatuan inilah kemudian dalam perjalanan waktu lahirlah Jemaat GMIT Betania Foeneno, GMIT Horeb Oebatu dan GMIT Aku Ada Batulesa.
Demikian sekelumit kisah dalam perjalanan Jemaat Ebenhaezer Sumlili. Sejarah itu dapat dibaca dalam buku sejarah perjalanan berjemaat yang diluncurkan bertepatan dengan Hari Ulang Tahun ke-63 dan Pemandirian Ke-4 GMIT Ebenhaezer Sumlili. Acara syukuran ini dilaksanakan pada Jumat, 5 Agustus 2022. Bapak Hanok Tomasui (96 tahun), salah satu tokoh pendiri gereja yang masih hidup, hadir dalam perayaan sukacita ini. Hadir pula Camat Kupang Barat, Ketua Tim Penggerak PKK Kecamatan Kupang Barat, Kepala Desa Sumlili, undangan dan anggota Jemaat Ebehaezer Sumlili.
Ibadah syukur dipimpin oleh Pdt. Yandy Manobe, S.Th (Pelayan GMIT Agape Kupang). Pdt. Yandy menekankan tentang gereja yang bertumbuh berdasarkan 1 Tesalonika 5:16-18. Gereja yang bertumbuh itu menuju kedewasaan. Kedewasaan itu terdiri atas kedewasaan biologis, psikologis dan iman. Gereja adalah orang-orang yang terus betumbuh dalam iman. “Masih pentingkah iman Kristen?” Tanya Pdt. Yandy. Iman Kristen itu pengorbanan dan penderitaan, bukan meminta beban diringankan, tetapi bahu yang kuat untuk menanggung. Maka kuatkanlah hati, jagalah kesucian hidup dan teruslah mengalami perubahan hidup dalam karya penebusan dan keselamatan cuma-cuma dari Yesus.
Pendeta Yandy menambahkan, apa yang perlu dijalani oleh gereja yang bertumbuh. Pertama, Gereja yang bersukacita senantiasa. Gereja bukan untuk senang, tetapi menanggapi suatu keadaan. Senang itu bentuk kepuasan karena menerima, tetapi sukacita itu sikap terhadap suatu keadaan dalam susah maupun senang. Uang bisa membeli kesenangan, tetapi tidak sukacita di dalam Tuhan. Kedua, Gereja yang terus berdoa. Doa itu relasi (hubungan), bukan kata-kata. Banyak orang mementingkan kata-kata bagus dalam doa, tetapi tidak sungguh-sungguh menjaga relasi dengan Tuhan. Sungguh-sungguh menyerahkan beban pikiran dan perasaan agar dikuasai Tuhan. Pikiran atau perasaan yang tidak dikontrol Tuhan akan “liar.” Berelasilah dengan Tuhan dan sesama. Tidak ada manusia yang bisa merubah manusia, hanya Tuhan dan Roh-Nya. Teruslah berdoa! Ketiga, Gereja yang tahu bersyukur. Bersyukur itu adalah cara untuk menyikapi berkat dari Sumber berkat. Bersyukur itu cara terbaik menikmati hidup. Mensyukuri berkat, pasti menjadi berkat.
Camat Kupang Barat Bapak Yusak Ulin, S.Sos menyampaikan selamat bagi GMIT Jemaat Ebenhaezer Sumlili ke-63. Ibarat manusia, jemaat ini sudah masuk kategori lanjut usia (lansia). Tetapi ukuran organisasi (gereja) bukan pada lamanya berdiri, tetapi kualitas pelayanan. “Apakah selama 63 tahun ini Jemaat Ebenhaezer Sumlili sudah melakukan firman Tuhan?” Tanya Bapak Camat. “Pertanyaan ini dikembalikan pada jemaat sekalian.” Lebih lanjut Camat Kupang Barat menghimbau agar gereja (masyarakat) terus membangun kebersamaan, terutama dalam kehidupan antar denominasi gereja di Desa Sumlili. Bersama pemerintah, masyarakat diharapkan menaruh perhatian bagi penanganan stunting. Desa Sumlili adalah salah satu desa dengan angka stunting tinggi di Kupang Barat. Di bulan November 2022, Desa Sumlili menjadi salah satu dari 5 desa di Kecamatan Kupang Barat yang akan melaksanakan Pemilihan Kepala Desa (Pilkades). Tiga calon telah ditetapkan di Desa Sumlili. Oleh karena itu, tetap jaga ketentraman. Siapa yang terpilih, sudah ditentukan Tuhan.
Sementara itu Ibu Sofia Ati-Tomasuy, Sekretaris Panitia Hari Raya Gereja (PHRG) GMIT Ebenhaezer Sumlili dalam laporannya menyatakan syukur dan terima kasih atas kebaikan Tuhan bagi GMIT Ebenhaezer Sumlili. Gereja ini tetap tahan berdiri dari goncangan iman, maupun goncangan sosial. Baginya, tantangan dan masalah merupakan “pupuk” pertumbuhan atau kedewasaan gereja. 63 tahun bagi Jemaat Ebenhaezer Sumlili menjadi pertanda untuk tetap memfokuskan pada pertumbuhan dan perkembangan jemaat.
Ketua Majelis Jemaat GMIT Ebenhaezer Sumlili Pdt. Ema Bria-Tualaka, S.Th menyampaikan terima kasih atas perayaan sederhana HUT jemaat yang diatur oleh PHRG. Ini pertama kalinya GMIT Ebenhaezer Sumlili merayakan HUT seperti ini. Ini perayaan istimewa karena adanya peluncuran buku Sejarah GMIT Ebenhaezer Sumlili. Terima kasih atas kehadiran dalam perayaan ini. Terima kasih khusus untuk tim penulisan sejarah gereja yang diketuai oleh Pnt. Moses Tomasuy. Ini pekerjaan luar biasa. Memang buku sejarah ini dirasakan belum sempurna. Oleh karena itu, bagi kita yang membaca dan mengetahui sejarah dan penulisan yang baik dapat memberikan masukan bagi penyempurnaannya.
GMIT Klasis Kupang Barat bagi kemuliaan Tuhan.f
Laporan: Pdt yft hb