Kuanheun, gmitklasiskupangbarat.or.id. -Berada di puncak dari suatu perlombaan menjadi harapan setiap orang. Ketegangan terjadi di partai puncak. Segala cara dan sumber daya dikelola sedemikian rupa agar terwujud menjadi yang terbaik. Di puncaklah, semua yang terbaik bertemu untuk beradu untuk akhir yang membanggakan.
Perlombaan Cerdas Cermat Alkitab (CCA) dalam Bible Camp PAR GMIT Rayon 4 dan 5 Klasis Kupang Barat akhirnya mencapai babak final. 4 tim terbaik telah melewati seleksi dalam babak penyisihan dan babak semi final. Mereka telah melewati perlombaan sengit untuk menjadi yang terbaik di antara 18 tim (jemaat) yang berlomba. Empat tim itu adalah PAR Ebenhaezer Sumlili, PAR Kefas Klaimik, PAR Yegar Sahaduta Oenaek dan PAR Pniel Panaf.
Perlombaan dimulai. Para peserta terlihat tegang dan serius. Tetapi penonton yang terlihat heboh, justru lebih tegang. Ketegangan terlihat di raut wajah empat pendeta yang menyaksikan anak-anak berlomba. Kira-kira siapa yang akan menjadi yang terbaik di antara keempatnya?
Babak soal wajib dilewati dengan Tim Ebenhazer Sumlili mulai memimpin dalam perolehan angka. Sementara Tim Pniel Panaf mengakhir babak ini dengan nilai minus. Silang pendapat sempat terjadi karena salah penyebutan nama ketika menjawab soal, tetapi dibenarkan juri.
Babak rebutan dimulai. Semua berkonsentrasi penuh. Penonton terdiam. Tangan peserta di atas tombol bel, tapi takut menekan. Takut salah, padahal sebenarnya mengetahui jawaban. Begitu juri menyampaikan jawaban yang benar, terlihat raut penyesalan di wajah. Ketegangan bertambah ketika Tim Pniel Panaf terus mencetak angka minus. Mereka berani menawar waktu bahkan sampai 3 detik untuk tebak gambar. Sesuatu yang jarang terjadi selama babak penyisihan dan semi final. Sementara Tim Ebenhaezer Sumblili terus mencetak angka plus.
Selama perlombaan papan skor terus dipantau. Nilai-nilai terus tercatat. Pertambahan dan pengurangan nilai terlihat di sana. Semakin bertambah nilai, semakin terlihat bersemangat. Semakin berkurang nilai, semakin tertantang untuk mengambil peluang untuk menjawab. Keberanian dan ketepatan dalam menjawab teruji di sini. Mental teruji dalam ketegangan.
Menurut salah satu tim juri, Bpk Johanis Mbuilima, berlomba CCA mendorong untuk belajar dan membaca Alkitab dengan teliti. Ketelitian itu kemudian berdampak pada gambar-gambar abstrak yang dengan mudah ditebak karena telah dilatih. Bahkan didorong untuk dapat membahasakan sesuatu yang berbeda dari setiap kata yang ditebak. Berbahasanya tidak monoton. Kita akan menemukan kata-kata lain untuk menerangkan kata yang harus ditebak. Kemampuan literasi seseorang dapat terlihat dalam proses ini.
Lebih lanjut Bapak Anis menambahkan bahwa dalam CCA kita dituntut untuk cepat mengambil keputusan dan mental teruji. Skor terlihat, penonton terpukau, peserta mengambil keputusan dengan cepat. Akhir keputusan itu menentukan angka-angka pada papan skor. Di sana ada keberanian, sekaligus penerimaan pada akhir dari seluruh proses.
Selesai jawaban dari soal terakhir terdengar, kegembiraan dan sukacita menyeruak dalam gedung gereja Lahairoi Kuanheun. Ketegangan berakhir. Papan skor dipelototi. Terlihat di sana angka-angka penentu yang terbaik di antara yang terbaik. Terbaik pertama pada Tim PAR Ebenhazer Sumlili, terbaik kedua Tim PAR Yegar Sahaduta Oenaek, terbaik ketiga Tim PAR Kefas Klaimik dan terbaik keempat Tim PAR Pniel Panaf.f
Laporan: Pdt. yft hb