“DOA SUDAH TERKABULKAN, SAATNYA UNTUK MERAWAT DAN MENGERJAKAN DOA-DOA ITU”

Pdt. Lay Abdi Karya Wenyi, M.Si (doc. Kubaline)

Kuanheun,gmitklasiskupangbarat.or.id, -“Doa sudah terkabulkan, saatnya untuk merawat dan mengerjakan doa-doa itu.” Itulah pernyataan awal Sekretaris Majelis Sinode GMIT Pdt. Lay Abdi Karya Wenyi, M.Si melalui suara gembala pada pentabhisan tiga pendeta GMIT di Jemaat GMIT Lahairoi Kuanheun, Selasa (27/2/2024).

Setelah penahbisan hari ini maka bertambah lagi tiga (3) orang pendeta. Oleh karena itu jumlah pendeta laki-laki dari 474 orang bertambah dua menjadi 476. Sementara pendeta perempuan 1076 orang bertambah satu menjadi 1077 orang. Selisih yang cukup jauh antar pendeta laki-laki dan perempuan.

Ia menambahkan bahwa sebagai lembaga kita bersyukur bahwa kita diberkati Tuhan dengan pekerja-pekerja yang Tuhan kirimkan untuk merawat dan menjaga kawanan domba Allah yang dipercayakan kepada kita sebagai gereja. Tugas ini tentu tidak mudah. Sebagai seorang pendeta, kita mengingat juga peran seorang pendeta itu bukan hanya pemimpin rohani, pemimpin spiritual, tetapi peran seorang pendeta, juga adalah sebagai role model keteladanan. Berarti ada 1556 role model yang ada di GMIT. Itu pendeta aktif, jumlah ini tidak termasuk data pendeta yang sudah emiritus. Kita percaya bahwa sebagai pendeta keteladanan dalam komunitas itu menjadi penting. Itulah sebabnya tuntutan atas para pendeta itu biasanya melampaui ekspektasi dan tuntutan terhadap orang-orang pada umumnya. Biasanya orang-orang bilang: “Pendeta kok begitu?” Ada ekspektasi yang sangat tinggi pada role model.

Pendeta yang pernah melayani di Jemaat Lole Tengah Utara, Klasis Lobalain ini menyampaikan bahwa pendeta dituntut untuk sempurna dalam segala hal, termasuk eksistensi di media sosial. Kehadiran dan suara sebagai bagian dari suara kenabian di media sosial. Media sosial seperti pisau bermata dua: mengatsi hambatan sosial, menghadirkan pandangan yang seimbang tentang dunia, tetapi menyedot dalam kelompok-kelompok yang homogen (sama). Bahaya dari media sosial adalah adanya ruang gema, hanya menjadi pemantul, tidak mempedulikan suara-suara yang lain. Muncul pula daily me, keseharian saya, yang tidak memberi ruang koreksi bagi diri dan organisasi. Pdt. Abdi mengharapkan bagi ketiga pendeta baru untuk belajar menjadi orang yang siap dikoreksi, siap mendengar, bukan memantulkan kembali.

Ketua Majelis Klasis Timor Tengah Utara periode 2020-2023 ini menyerukan kepada para pendeta baru, pergilah karena jemaat-jemaat menanti. GMIT saat ini kekurangan 80 pendeta. Hari ini bertambah tiga. Siapkan diri untuk diutus sebagai orang yang terpanggil. Panggilan (calling) tidak indentik dengan kenyamanan. Panggil itu sering membawa kita pada ketidaknyamanan. Seperti Abraham dipanggil keluar. Itu calling, panggilan, tetapi passion itu sesuatu yang subyektif, menyenangkan pada diri saja. Karen itu penuhilah calling bukan passion. Selaku pendeta yang sedang memenuhi panggilan pelayanan, ia berharap agar bisa membuktikan bahwa panggilan diri sebagai pendeta, betul-betul dijalankan dalam tanggung jawab penuh. Firman Tuhan telah mengingatkan kita bahwa: Ini aku, utuslah aku! Jangan amandemen pasal itu: Ini aku, tapi jangan utus aku ke sana. Baginya ini sesuatu yang menjadi pergumulan serius sebagai lembaga. Kita selalu bilang bahwa ini aku utuslah aku, tetapi ketika surat tugas keluar, biasanya kita harus berdiskusi, pastoral dan lain-lain. Ia berharap bahwa para pendeta yang hari ini ditabiskan betul-betul menyadari dan mengingat panggilan pelayanan. Panggilan pelayanan kadang-kadang takluk pada sinyal, panggilan pelayanan kadang-kadang takluk pada jarak dan panggilan pelayanan kadang-kadang takluk pada listrik ataupun kondisi infrastruktur. Bahkan ada yang merasa “saya ini sudah es dua, sudah es tiga kok saya ditempatkan di tempat yang seperti itu.”

Pendeta Abdi kemudian berbagi pengalaman. Ia ditempatkan pada tahun 2010, ia sudah es dua, sama dengan Pdt. Zascary dan Pdt. Dyan. Ia ditempatkan di tempat yang banyak orang tidak mau pergi, di Lole. Di Lole tidak ada listrik, jalan yang rusak, tetapi ia menyelesaikan tanggung jawab pelayanan di sana. lalu setelah di sana ia mutasikan lagi ke Oepope, Klasis TTU, tempat yang serupa juga. Kurang lebih 3 periode ia ada di tempat yang demikian, yang banyak orang mengeluh tidak mau pergi. Ia bersyukur hari ini Tuhan bawanya untuk berdiri di hadapan jemaat (sebagai sekeretaris MS GMIT). Hal itu bukan hanya ia saja yang mengalami, tapi juga dialami Pdt. Yusuf Nakmofa (Sekretaris MS GMIT 2015-2023). Pdt. Yusuf juga waktu ditempatkan pada masa itu, hanya berputar di sekitar Amfoang. Lalu Tuhan membawa Pdt. Yusuf pada tanggung jawab yang besar. Baginya cerita ini bukan ingin membanggakan diri, tetapi ingin berbagi dengan ketiga pendeta yang telah ditabhiskan bahwa ke manapun ditempatkan Tuhan sudah menyiapkan segala sesuatu di sana dan Tuhan sudah mengatur segala sesuatu dengan baik. Bahkan di luar apa yang kita pikirkan. Ia dan Pdt. Yusuf sudah membuktikan itu. Yakinlah bahwa panggilan pelayanan sebagai seorang pendeta dalam kesetiaan, Tuhan akan membawa dalam tapak-tapak perjalanan, dari satu tahapan ke tahapan yang lain.

Pdt. Abdi mengingatkan bahwa para pendeta yang baru ditabhiskan akan ada di tempat-tempat yang mungkin di tempat itu hanya mereka yang sarjana, hanya mereka yang “es dua.” Namun, ia mengingatkan bahwa di sana sudah ada lebih dahulu “para profesor: profesor kehidupan, profesor pelayanan.” Hadirlah di sana dan membaur dengan mereka. Ia menyebutkan tentang catatan persoalan di bagian personil majelis sinode, persoalan yang paling banyak muncul adalah persoalan relasi. Kecerdasan interpersoanal itu menjadi sesuatu yang sangat penting selain kecerdasan spiritual. Ia berharap para pendeta yang telah ditabhiskan menjadi bagian yang hidup bersama-sama dengan anggota jemaat, menangis bersama, tertawa bersama dan juga bergumul bersama-sama. “Hanya dengan cara itu kita membaktikan hidup kita menjadi sesuatu yang berarti bagi Tuhan,” ujarnya.  Belajarlah untuk mendengar karena segala sesuatu yang baik itu dimulai dari kemampuan mendengar yang baik. Menjaga relasi dan komunikasi dengan baik, karena relasi interpersonal yang baik , komunikasi yang efektif, akan menolong di dalam pelayanan. Belajarlah untuk menjadi orang yang bisa bekerjasama dengan semua orang.

Pendeta yang terpilih dalam persidangan sinode GMIT di Sabu tahun 2023 ini mengajak semua bersatu, mendukung dan mendoakan pendeta yang baru ditabhiskan.Ia berterimakasih untuk keluarga-keluarga yang tadi sudah menyerahkan ketiga pendeta gereja. “Bapa, mama sudah menyerahkan, biarkan kami mengatur mereka secara lembaga,” ujarnya. Ia melanjutkan pernyataan bagi ketiga pendeta baru: “Saudara berilah dirimu diatur, percayalah bahwa tidak ada orang tua yang memberi batu, ketika anak-anaknya meminta roti. Karena di tempat pelayanan tidak ada batu, yang ada hanya roti. Percayalah bahwa ketika saudara-saudara ditempatkan nanti, itu adalah kehendak Tuhan bagi saudara-saudara.”

Berkenaan dengan momentum minggu sengsara ia mengingatkan kembali bahwa tidak ada kemuliaan tanpa salib. Kemuliaan bagi orang percaya, bukan pada pementingan diri, kebanggan diri yang semu tapi kemuliaan terletak pada pengorbanan diri yang sungguh. “Saya sekali lagi mengingatkan bagi ketiga saudara bahwa memulailah dari bagian yang sulit supaya saudara tahu bagaimana menghadapi kesulitan,” ujarnya.

Pada akhir suara gembala, Sekretaris Majelis Sinode GMIT 2024-2029 mengucapkan: “Selamat datang dalam perarakan via dolorosa untuk ketiga sahabat pendeta. Saya mengakhiri dengan Wahyu 2:10b: Hendaklah engkau setia sampai mati dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan.”

Yusak Ullin, S.Sos (doc. Kubaline)

Sementara itu, Pemerintah Kabupaten Kupang yang diwakili oleh Camat Kupang Barat Yusak Ullin, S.Sos menyampaikan bahwa pemerintah akan terbantu melalui ketiga hamba Tuhan yang akan memimpin jemaat yang adalah masyarakat. Ia bersyukur karena pemerintah terus didoakan oleh para hamba Tuhan. Pemerintah akan terus bekerjasama dengan pihak gereja. Bersama membangun tubuh Kristus dan masyarakat yang sejahtera. Secara khusus kepada ketiga pendeta yang ditabhiskan, ia berharap agar melayani Tuhan dengan segenap hati, menjadi berkat untuk semua orang dan siap untuk melayani di mana saja.

Wilhelmina Lado-Era, S.H (doc. Kubaline)

Pada bagian awal sambutan, keluarga yang diwakili oleh Wilhelmina Lado-Era, S.H menyampaikan ungkapan hati keluarga. Ia berterima kasih kepada Majelis Sinode GMIt dan semua yang telah terlibat dalam proses sampai akhirnya ketiga vikaris ditabhiskan menjadi pendeta. “Doakan agar mereka menjadi hamba Tuhan yang setia,” ujarnya.

(Ki-ka) Pdt. Paskah, Pdt. Dyan, Pdt. Zascary (doc. Kubaline)Ibadah penabhisan dilaksanakan di gedung ibadah GMIT Jemaat Lahairoi Kuanheun. Ketiga vikaris yang telah ditabhiskan menjadi pendeta yaitu Pdt. Paskah Tano, S. Th, Pdt. Dyan Ruthalia Djani, S.Si-Teol, MM dan Pdt. Zascary Franssisco Roynaldus Luik, M.Th. Seluruh prosesi dan ibadah disiarkan melalui kanal Youtube GMIT Klasis Kupang Barat-NTT.

GMIT Klasis Kupang Barat bagi kemuliaan Tuhan.f

 

Laporan: Pdt. yft hb

Leave a Reply