Daftar Bacaan Alkitab GMIT Semester II (Juli-Desember 2022)

Saudara-saudari, seluruh anggota GMIT yang dikasihi Tuhan,

Daftar Bacaan Alkitab GMIT ini disusun untuk memandu semua penyelenggaraan ibadah minggu, hari raya gerejawi dan hari raya khusus di Gereja Masehi Injili di Timor selama tahun pelayanan 2022, dari bulan Juli sampai Desember 2022.

Sehubungan dengan terbitnya Daftar Bacaan Alkitab GMIT semester II Tahun 2022 ini, maka kami mohon perhatian saudara-saudari terhadap hal-hal berikut:

  1. Daftar Bacaan Alkitab berpedoman pada Leksionari tahun C.
  2. Dalam Daftar Bacaan ini, tema periode pelayanan tahun 2020-2023 dan Sub Tema tahun 2022, dijabarkan dalam tema bulanan serta tema mingguan. Dengan demikian, semua bentuk pelayanan, termasuk ibadah, di jemaat-jemaat GMIT dapat berjalan bersama-sama sesuai pesan sub tema, yang merupakan turunan dari tema periodik kita “Roh Kudus Menjadikan dan Membaharui Segenap Ciptaan”. Adapun sub tema tahun 2022 adalah “Dengan Kuasa Roh Kudus, Kita Bangkit dari Dampak Bencana; (bdk.Roma 8:10-11).
  3. Daftar Bacaan ini berisi nama masa raya, bacaan Mazmur, nas khotbah, warna liturgi dan jenis stola, serta tema dan pokok-pokok khotbah. Masa raya menunjukkan pada ibadah hari raya gerejawi, hari raya khusus di GMIT, hari raya nasional dan ibadah minggu. Juga dalam daftar ini dicantumkan stola (warna dan simbol liturgi) yang dipakai pada saat kebaktian berlangsung; serta tema dan pokok-pokok khotbah.
  4. Dalam daftar ini juga diatur pelaksanaan pelayanan Sakramen Perjamuan Kudus Triwulan II, III dan IV (Juli- Desember) Pencantuman tanggal tersebut mempertimbangkan juga pelayanan di jemaat yang bermata jemaat.
  5. Akhirnya, kami mengucapkan selamat menata-layani ibadah jemaat, dengan doa semoga pelayanan kita mendatangkan pertumbuhan iman dan memberi buah kebaikan hidup bersama. Solideo Gloria!

Bulan Juli (Bulan Pendidikan)

Tema: Pendidikan yang Menyembuhkan 

 Ibadah  Tema dan Pokok-Pokok Khotbah 
 

Minggu, 3 Juli 2022

Masa Raya: Minggu Biasa III

Bacaan Mazmur 116:1-7

Nas Khotbah: Galatia 6:1-10

 

Stola:  Hijau

Burung merpati (putih) dengan rantingranting zaitun (pinggir putih) diparuhnya, perahu berlayar (putih) dan pelangi (merah, kuning, hijau).

 

Saling Menopang dalam Mengembangkan Pendidikan 

Persoalan kehidupan seperti kemiskinan, kelaparan, bencana maupun pendidikan GMIT, hanya bisa diselesaikan bila manusia memiliki kepedulian terhadap persoalan orang lain serta adanya kerjasama untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Galatia melukiskan orang yang tergelincir dalam dosa sebagai orang yang ditindih oleh beban yang amat berat. Ia tidak dapat menolong diri sendiri untuk mengatasi beban yang menindihnya itu. Ia perlu bantuan orang lain. Itu sebabnya surat Galatia menasehati jemaat agar saling menolong dalam menanggung beban bersama. Selalu terdapat ketegangan antara beban kita sendiri dan beban orang lain, namun Tuhan tidak ingin setiap orang memikul bebannya sendiri.

Pendidikan GMIT sedang mengalami tantangan berat saat ini. Ia tidak dapat memulihkan dirinya sendiri. Ia membutuhkan dukungan doa dan uluran tangan jemaat GMIT. Model kemitraan antar jemaat kota dan desa tidak hanya antara gereja ke gereja, tetapi juga antara gereja dan sekolah. 

Saling menolong ini penting untuk menghadapi fenomena privatisasi/kapitalisasi pendidikan yang cenderung menjadikan pendidikan sebagai lahan bisnis sehingga masyarakat dari kalangan yang tidak mampu sulit memperoleh pendidikan yang bermutu. Sejatinya pendidikan merupakan tanggung jawab bersama, butuh semangat saling menopang.
4-7 Juli 2022

Ibadah Persiapan Perjamuan Kudus

Triwulan II

Nas Khotbah: Matius 11:25-30

 

Stola:   Hijau

Burung merpati (putih) dengan rantingranting    zaitun    (pinggir putih) diparuhnya, perahu berlayar (putih) dan pelangi

(merah, kuning, hijau)

 

Ajakan Juruselamat

 

Nas kita merupakan kelanjutan dari nas (terdahulu) yang berisi kecaman Yesus kepada beberapa kota yang pernah ia datangi, yaitu sejumlah kota yang Ia paling banyak melakukan mujizat-mujizat-Nya (lihat ay.20). Kecaman diarahkan kepada masyarakat kota yang tidak merespon dengan serius karya keselamatan yang disertai tanda-tanda riil yang dilakukan Yesus. Yesus memahami bahwa tak mudah bagi orang bijak dan pandai untuk menerima karya keselamatan dari Allah. Alasannya bahwa Allah berkenan kepada siapa keselamatan terutama hendak Ia karuniakan, yaitu kepada orang-orang kecil dalam masyarakat.

Orang bijak dan pandai mengandalkan kemampuannya, sedangkan yang dimaksud dengan orang orang kecil yaitu mereka yang tidak mempunyai sesuatu untuk diandalkan. Ajakan Juruselamat disampaikan kepada orang-orang kecil dalam masyarakat untuk masuk ke dalam suatu relasi yang membebaskan dan melegakan bersama Tuhan Yesus.

Perjamuan Kudus sebagai jamuan iman memberi pesan kepada kita tentang pemeliharaan Allah kepada semua orang. Kita patut bersyukur jika kita mendapatkan kesempatan untuk ada di sekeliling meja perjamuan sebagai simbol pemeliharaan Allah. Marilah dengan penuh sukacita mengambil bagian dalam makan bersama di meja Tuhan, untuk kemudian berkarya bagi solidaritas dan keadilan agar terwujud shalom Allah bagi semua orang dan segenap ciptaan.
 

4-7 Juli 2022

Ibadah Perjamuan Kudus Triwulan II

Bacaan Mazmur

Nas Petunjuk Hidup Baru: Roma 13:814

 

Stola:   Hijau

Burung merpati (putih) dengan rantingranting    zaitun    (pinggir putih) diparuhnya, perahu berlayar (putih) dan pelangi

(merah, kuning, hijau)

 

Minggu, 10 Juli 2022

Masa Raya: Minggu Biasa IV

Bacaan Mazmur 82

Nas Khotbah: Yesaya 58:1-12

 

Stola:  Hijau

Burung merpati (putih) dengan rantingranting zaitun (pinggir putih) diparuhnya, perahu berlayar (putih) dan pelangi (merah, kuning, hijau)

 

 

Pendidikan Sebagai Ibadah 

 

Data menunjukkan bahwa tingkat pendidikan masyarakat di perkotaan jauh lebih baik dibanding daerah pedesaan. Ketimpangan ini sudah tentu dialami anak-anak GMIT yang umumnya tinggal di pedesaan. Kondisi ini mesti diatasi guna mempersempit kesenjangan antara kota-desa serta kaya-miskin di masa depan.

Teks berisi teguran Tuhan kepada Israel agar tidak hanya menekankan ibadat liturgis (puasa) tetapi juga melaksanakan ibadah karya, yakni memperhatikan sesama yang rentan. Puasa yang dimaksudkan dalam teks ini bukanlah sekedar ritual keagamaan, tidak makan dan minum atau menahan diri dari berbagai kebiasaan melainkan berbagi sumber daya yang kita miliki kepada kaum miskin dan memperjuangkan hak-hak mereka memperoleh keadilan. Keseimbangan antara kedua jenis ibadah adalah solusi untuk mengatasi kesenjangan sosial dalam masyarakat.

Salah satu ibadah karya yang penting ialah diakonia pendidikan bagi anak-anak. Perayaan Bulan Pendidikan hendak mengajak tiap anggota GMIT untuk menolong keluarga miskin dan rentan agar mampu menyekolahkan anaknya, termasuk anak-anak penyandang disabilitas (berkebutuhan khusus). Diakonia pendidikan bisa  dilakukan dengan bantuan dana pendidikan, bantuan buku, orang tua asuh, kursus-kursus, kerja sama dengan pemeritah dan pihak-pihak terkait untuk menopang pendidikan anak, dll.  Dengan begitu, jemaat tidak “mencari keadilan” kepada pihak lain yang dapat menjerumuskan mereka, termasuk meninggalkan imannya (band. 1Kor. 6:1-11).

 

 

Minggu, 17 Juli 2022

Masa Raya: Minggu Biasa V

Bacaan Mazmur 78:1-11

Nas Khotbah: Lukas 10:38-42

 

Stola: Hijau

Burung merpati (putih) dengan rantingranting zaitun (pinggir putih) diparuhnya, perahu berlayar (putih) dan pelangi (merah, kuning, hijau)

 

 

Pentingnya Pengajaran

Perkataan Tuhan Yesus kepada Marta merupakan seruan untuk menata ulang pelayanan gereja. Mendengarkan pengajaran (pendidikan) adalah faktor yang penting dimata Yesus. Cara terbaik menjalani pelayanan ialah dengan memulainya di kaki Sang Guru (pendidikan). Gereja harus pergi ke sana bersama Maria untuk belajar (pendidikan) dan setelah itu gereja boleh bekerja seperti Marta.

Seperti halnya Marta, gereja telah melakukan berbagai program pelayanan dengan dukungan anggaran tertentu dan memandang semua itu sebagai bentuk persembahan terbaik bagi Tuhan. Belajar dari percakapan di rumah Maria dan Marta maka kita perlu memberi perhatian secara seimbang antara kebutuhan rutin rumah tangga dengan kebutuhan pengajaran.

Setiap keluarga GMIT mesti menyadari akan pentingnya pendidikan. Tiap keluarga perlu membiasakan kegiatan pengajaran dalam keluarga yang mencakup segala aspek untuk menyiapkan anak menghadapi kehidupan riil di dunia. Pengajaran dalam keluarga penting untuk mencegah ketergantungan yang ekstrim terhadap media modern. Pengeluaran rumah tangga yang tidak perlu harus dikendalikan agar tersedia biaya yang cukup bagi pendidikan. Anak-anak perlu dididik untuk menjadikan pendidikan sebagai prioritas penting guna mencegah putus sekolah. Pengembangan sumberdaya manusia harus menjadi prioritas utama pelayanan gereja agar kelak anak-anak memiliki tingkat pendidikan yang baik.

 

Minggu, 24 Juli 2022

Masa Raya: Minggu Biasa VI

Bacaan Mazmur 16:7-11

Nas Khotbah: Kolose 2:6-15

 

Stola:    Hijau

Burung merpati (putih) dengan rantingranting zaitun (pinggir putih) diparuhnya, perahu berlayar (putih) dan pelangi (merah, kuning, hijau)

 

 

Berakar dan Bertumbuh dalam Kristus 

 

Anak-anak sekarang ini menghadapi berbagai jenis pengajaran, termasuk pengajaran yang menyesatkan. Akibat perkembangan media makin banyak pengaruh yang menyebabkan anak-anak terasing dari nilainilai iman, mengabaikan relasi dengan Kristus. Dalam teks disebutkan tentang filsafat kosong yang diajarkan oleh para guru palsu. Makna filsafat sebenarnya adalah mencintai kebijaksanaan, namun dibelokkan maknanya untuk memutarbalikkan pikiran jemaat dan menjauhkan mereka dari kebenaran Kristen.

Belajar dari surat Kolose, pendidikan terhadap anak yang telah menerima Kristus mesti memampukan mereka agar berakar, dibangun dan bertambah teguh di dalam Dia. Kompetensi ini akan membawa setiap anak mampu menjalani kehidupan yang benar dan tidak mudah ditawan oleh berbagai filsafat dan tradisi

“yang dapat menjadikan mereka sebagai mangsa.”

Anak-anak perlu menyadari pentingnya kehidupan yang bertumbuh di dalam Kristus. Karena itu gereja dan keluarga perlu menghadirkan model-model pengajaran kreatif agar anak-anak dapat menerapkan nilai-nilai Kristiani dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian kehidupan anak-anak mencirikan relasi yang mendalam dengan Kristus dan menjadi pribadi yang utuh sehingga tidak terombang-ambing oleh berbagai pengaruh negative dari perkembangan.

 

 

Minggu, 31 Juli 2022

Masa Raya: Minggu Biasa VII

Bacaan Mazmur 105:16-22

Nas Khotbah: Amsal 13:13-20

 

Stola:   Hijau

Burung merpati (putih) dengan rantingranting zaitun (pinggir putih) diparuhnya, perahu berlayar (putih) dan pelangi (merah, kuning, hijau)

 

Duta yang Menyembuhkan

 

Anak-anak kita sedang dan akan memasuki dunia yang maju dengan sangat cepat, namun juga dipenuhi dengan jeratan maut dan dapat menjerumuskan mereka ke dalam celaka.

Amsal mengajarkan pentingnya merumuskan jenis pendidikan yang tepat bagi anak-anak yang mencakup ketaatan akan Firman Tuhan, kebijaksanaan, akal budi dan pengetahuan,

Model pendidikan ini berfungsi untuk mencegah kejatuhan mereka sendiri, dan pada saat bersamaan menjadi duta yang menyembuhkan masyarakat. Anak-anak memiliki kepekaan terhadap berbagai persoalan masyarakat dan memberi solusi.

Bulan Agustus (Bulan Kebangsaan)

Tema: Panggilan Sebagai Warga Negara

 

Minggu, 7 Agustus 2022

Masa Raya: Minggu Biasa VIII

Bacaan Mazmur 40:1-11

Nas Khotbah: Markus 2:1-12

 

Stola:   Hijau

Burung merpati (putih) dengan rantingranting zaitun (pinggir putih) diparuhnya, perahu berlayar (putih) dan pelangi (merah, kuning, hijau)

 

Solidaritas Melahirkan Kreatifitas

Kehadiran Yesus di Kapernaum mengundang perhatian orang banyak untuk mendengar firman. Bersamaan dengan itu, orang-orang sakit dibawa kepada-Nya untuk disembuhkan. Nampaknya semua paham bahwa Yesus bukan hanya mewartakan kerajaan Allah, tetapi juga menyembuhkan berbagai penyakit. Ia tidak hanya berkhotbah, tetapi juga membebaskan orang dari penderitaan.

Beberapa orang bekerja sama menggotong seorang lumpuh kepada Yesus. Mereka sulit menjumpai Yesus karena banyaknya orang yang berkumpul. Orang-orang itu tidak kehilangan akal. Mereka membongkar atap rumah agar dapat memasukan orang lumpuh itu tepat di hadapan Yesus. Ada kerja sama, usaha serius, untuk menolong sesamanya yang lumpuh itu agar sembuh. Yesus melihat iman dan usaha mereka. Ia pun bertindak untuk menyembuhkan orang lumpuh itu.

Persoalan bangsa kita sangat kompleks, berupa masalah kemanusiaan, kemiskinan, bencana alam, ancaman wabah penyakit, dan lain sebagainya. Berbagai persoalan itu membuat bangsa kita seolah lumpuh. Maka dibutuhkan solidaritas terhadap mereka yang menderita, kemauan untuk bekerja sama, dan kepedulian terhadap sesama anak bangsa agar berbagai persoalan itu dapat ditangani bersama. Iman kita kepada Kristus harusnya mendorong kita untuk mau bekerja sama untuk mengatasi segala penderitaan dan kemiskinan di negeri ini agar kita bangkit menjadi bangsa yang maju.
 

Minggu, 14 Agustus 2022

Masa Raya Minggu Biasa IX

Bacaan Mazmur 49:1-16

Nas Khotbah: Pengkhotbah  9:13-18

 

Stola: Hijau

Hijau, Burung merpati (putih) dengan ranting-ranting zaitun (pinggir putih) diparuhnya, perahu berlayar (putih) dan pelangi (merah, kuning, hijau)

 

 

Warga Bangsa yang Berhikmat

–          Pengkhotbah memperlihatkan bahwa kekuasaan/jabatan bukanlah satu-satunya sarana untuk membangun bangsa. Sebab ketika seorang penguasa mengandalkan keperkasaan, kekuatan dirinya, dan benteng pertahanan diri tetapi kurang berhikmat, maka sesungguhnya ia rapuh. Ia bisa menyalahgunakan kekuasaannya untuk menghancurkan bangsa. Sebaliknya, seorang warga biasa justru dapat menyelamatkan sebuah kota dan mampu membangun bangsanya, asalkan ia berhikmat. Dengan hikmat yang bersumber dari Tuhan, seorang miskin dapat berkontribusi bagi bangsanya. Sebab dengan hikmat ia dapat menyumbang ide/pemikiran yang baik di tengah situasi sulit yang dihadapi bangsa.

–          Tak harus menjadi pejabat baru bisa membangun bangsa ini. Yang dibutuhkan adalah setiap warga belajar agar menjadi orang berhikmat dan bijaksana. Sebagai warga gereja, kita mesti banyak belajar agar bisa berhikmat di tengah masyarakat dan bangsa.

–          Berhikmat berarti senantiasa memiliki pengertian yang baik, menggunakan akal sehat dan hati nurani dalam menghadapi berbagai persoalan hidup. Hidup sebagai warga yang berhikmat berarti tidak menjadi pengacau dan perusak dalam masyarakat, tetapi menjadi pembawa damai sejahtera, ketentraman, dan kemajuan.

 

 

 

(18-20 Agustus 2022)

Ibadah Syukur HUT ke-77 RI

Bacaan Mazmur 85

Nas Khotbah:  Matius 22:15-22

 

Stola:

Merah (Burung merpati dan lidah api)

 

 

 

Tangung Jawab Iman terhadap Bangsa

Ada beberapa golongan dalam agama Yahudi: Farisi, Saduki, Zelot dll. Kaum Zelot tidak rela membayar pajak kepada Kaisar, karena dianggap kafir. Sebaliknya Orang Farisi membolehkan pajak kepada Kaisar, tetapi berharap mesias segera datang untuk membebaskan mereka dari tangan penjajah kafir.

Pertanyaan tentang pajak adalah strategi untuk menjerat Yesus. Andaikata Yesus menjawab bahwa boleh membayar pajak kepada Kaisar maka orang-orang Yahudi akan kecewa dan tidak mengakui Yesus sebagai Mesias yang mestinya membebaskan mereka. Sebaliknya, bila Yesus mendorong mereka untuk tidak membayar pajak, maka Ia akan diadukan ke penguasa Romawi untuk dihukum karena dianggap sebagai pemberontak.

Menghadapi jebakan itu Yesus dengan cerdas meminta mereka menunjukan jenis mata uang yang ada pada mereka. Ternyata uang itu adalah dinar, milik kekaisaran Romawi, maka Yesus minta agar dikembalikan kepada Kaisar. Sebaliknya, warga Yahudi juga tidak boleh melalaikan tanggungjawab keagamaannya.
Bacaan ini dijadikan dasar bagi orang Kristen untuk menjawab panggilannya di tengah-tengah kehidupan berbangsa. Bahwa kita ini punya dua kewargaan, yakni warga kerajaan Allah dan warga negara. Oleh karena itu, kita mesti mewujudkan kehidupan iman kita di tengah dunia dengan menjadi warga negara yang bertanggungjawab, ikut membangun bangsa, memenuhi kewajiban sebagai warga negara, dan ikut berpartisipasi memberikan hidup dan karya bagi bangsa agar kemerdekaan benarbenar terwujud.
 

 

Minggu, 21 Agustus 2022

Masa Raya: Minggu Biasa X

Bacaan Mazmur 104:19-24

Nas Khotbah: Pengkhotbah 9:10-12

 

Stola: Hijau

Burung merpati (putih) dengan rantingranting zaitun (pinggir putih) diparuhnya, perahu berlayar (putih) dan pelangi (merah, kuning, hijau)

 

 

Etos Kerja Orang Kristen 

Pengkhotbah realistis dalam melihat kehidupan. Hidup ini sementara saja. Semua manusia pada akhirnya akan mati. Oleh karena itu, selama masih hidup, hendaklah manusia bekerja sungguhsungguh, karena setelah mati, manusia tidak bisa melakukan apa pun juga.

Hidup adalah kesempatan untuk berkarya, dan menghasilkan hal-hal yang membangun kehidupan. Itulah sebabnya Pengkhotbah menegaskan bahwa apapun yang dijumpai tangan untuk dikerjakan, mesti dilakukan sekuat tenaga, tidak asal-asalan dan manipulatif.

Para pejabat publik, tokoh agama, ASN, TNI/POLRI, satpam, petani, nelayan, pedagang, tukang, asisten rumah tanggah, dan siapapun, harus bekerja sungguh-sungguh atas setiap pekerjaan yang diemban. Etos kerja yang baik, benar dan jujur harus ditingkatkan. Bacaan ini mengajak kita bekerja secara benar dan bertanggungjawab, karena pekerjaan itu bukan hanya sarana mencari kebutuhan hidup, melainkan bagian dari pengabdian diri bagi masyarakat, bangsa dan negara, terutama bagi Tuhan. Bangsa kita akan maju kalau semua pihak bekerja serius dan bertanggung jawab.

 

 

Minggu, 28 Agustus 2022

Masa Raya: Minggu Biasa XI

Bacaan Mazmur 15

Nas Khotbah: Yakobus 4:1-10

 

Stola:  Hijau

Burung merpati (putih) dengan rantingranting zaitun (pinggir putih) diparuhnya, perahu berlayar (putih) dan pelangi (merah, kuning, hijau).

 

Merdeka dari Hawa Nafsu

Kepentingan diri sendiri, hawa nafsu, dan segala keinginan daging merupakan sumber perpecahan dan konflik dalam jemaat maupun masyarakat. Oleh karena itu, Yakobus mengingatkan jemaat untuk mengendalikan seluruh hawa nafsu yang bergelora dalam diri. Segala hawa nafsu itu harus ditundukan di hadapan Allah, agar Roh-Nya menolong kita.

Salah satu nafsu yang merusak gereja dan bangsa adalah nafsu keserakahan. Ketika semua berlombalomba mengejar kepuasan diri sendiri maka saling serang dan menjatuhkan pun dilakukan. Bangsa kita seringkali mengalami perpecahan akibat hawa nafsu yang tidak terkendali. Surat Yakobus memberi pesan agar segala hawa nafsu dalam diri yang seringkali menimbulkan perpecahan itu harus dimatikan.

Baik di gereja maupun masyarakat, kita mesti belajar untuk mengendalikan hasrat pemuasan diri. Jabatan, kekuasaan, bukanlah segala-galanya sehingga kita rela bermusuhan. Ambisi pribadi yang berlebihan dapat menyebabkan membunuh, iri hati, bertengkar, berkelahi. Belajarlah untuk tunduk pada kehendak Allah dan kuasai diri agar tidak terjadi kekacauan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Bulan September

Tema: Roh Kudus Meneguhkan Dasar Iman Orang Percaya

 

Minggu, 4 September 2022

Masa Raya: Minggu Biasa XII

Bacaan Mazmur 27:7-14

Nas Khotbah: Zefanya 2:1-3

 

Stola: Hijau

Burung merpati (putih) dengan rantingranting zaitun (pinggir putih) diparuhnya, perahu berlayar (putih) dan pelangi (merah, kuning, hijau)

 

Carilah Tuhan, Supaya Kamu Hidup!

Seringkali kita tak peduli terhadap ajaran iman untuk berperilaku hidup yang baik. Kita baru sadar ketika mengalami situasi buruk akibat dari kesalahan kita sendiri.

Pada masa pembaharuan Yosia, Umat diperintah oleh seorang raja yang sedang melakukan pembaharuan iman. Namun hal ini tidak dilaksanakan sungguh-sungguh oleh bangsa Israel. Maka Tuhan mengutus Zefanya untuk mengingatkan bahwa pembaharuan Yosia adalah kesempatan bagi Israel untuk mengalami anugerah dari Tuhan. Bertahun-tahun bangsa Israel hidup dalam sinkritisme ajaran yang berakibat pada keruntuhan moral dan situasi politik yang tidak stabil. Yosia adalah raja yang membuat pembaharuan agar dasar-dasar iman dan pengajaran kepada Allah yang dapat menyelamatkan bangsa itu dari dampak kemerosotan moral.

Umat diajak meninggalkan sikap tak peduli atau tak acuh terhadap pembaharuan iman. Melalui berbagai situasi yang sulit kita terpanggil untuk membaharui iman demi kehidupan yang lebih baik pada hari depan.
 

Minggu, 11 September 2022

Masa Raya Minggu Biasa XIII

Bacaan Mazmur 96:7-13

Nas Khotbah: 1 Tawarik 29:10-19

 

Stola:Hijau

Burung merpati (putih) dengan rantingranting zaitun (pinggir putih) diparuhnya, perahu berlayar (putih) dan pelangi (merah, kuning, hijau)

 

 

Persembahan untuk Pekerjaan Pelayanan

 

Segala sesuatu yang ada pada kita bersumber dari Allah. Selayaknya kita mengelola semua pemberian Allah itu dengan baik dan bertanggung jawab. Persembahan adalah tanda syukur atas pemberianpemberian Allah kepada kita.

Daud menyatakan syukurnya kepada Allah bersama-sama dengan umat yang dipimpinnya, bahwa mereka sangat merasakan kebaikan Allah yang memelihara mereka. Kebaikan Allah itu menjadi dasar kerelaan, keikhlasan dan sukacita mereka memberi dan mengelola persembahan kepada Allah.  Selain sebagai tanda syukur, persembahan bermakna menolong kita untuk memiliki relasi yang baik dengan Allah melalui pekerjaan pelayanan.

Kita belajar dari pernyataan iman Daud tentang persembahan bahwa persembahan yang kita berikan dan kita kelola dengan kerelaan, keikhlasan dan sukacita menjadi berkat bagi pekerjaan pelayanan. Hal itu tidak bersifat dari kita kepada pelayanan atau dihitung sebagai jasa kita terhadap pekerjaan Tuhan, melainkan respon iman terhadap berkat pemberian Allah yang kita salurkan untuk pelayanan rumah Allah.
 

Minggu, 18 September 2022

Masa Raya Minggu Biasa XIV

Bacaan Mazmur 12

Nas Khotbah: Wahyu 7: 9 -17

 

Stola:Hijau

Burung merpati (putih) dengan rantingranting zaitun (pinggir putih) diparuhnya, perahu berlayar (putih) dan pelangi (merah, kuning, hijau)

 

Kemenangan Iman

 

Kesabaran, kesetiaan dan ketekunan adalah nilai-nilai hidup yang mengantar kepada keberhasilan. Di tengah perkembangan yang menggiring kita untuk mengejar hal-hal yang mudah dan cepat diperoleh namun tidak bertahan menghadapi tantangan dan permasalahan yang besar.

Kitab Wahyu menggambarkan keselamatan tersedia bagi mereka yang menghadapi tantangan kehidupan dengan sabar setia dan tetap bertekun. Setelah penglihatan tentang turunnya murka Tuhan dan penindasan besar berupa materai-materai yang terbuka, diakhir semuanya ternyata ada sejumlah orang yang sanggup bertahan melewati itu semua. Inilah yang digambarkan kitab ini sebagai kemenangan iman sebagai hasil perjuangan dari mereka yang sabar, setia dan bertekun. Penggenapan Firman Allah terjadi dalam perjalanan sejarah.

Kita terpanggil saling menguatkan dan meneguhkan seorang dengan yang lain, agar tetap bersamasama berjuang hingga mencapai garis akhir kehidupan. Kemenangan iman dianugerahkan Allah bagi banyak orang percaya yang berjuang bersama-sama.
 

 

Minggu, 25 September 2022

Masa Raya Minggu Biasa XV

Bacaan Mazmur 74:12-23

Nas Khotbah: Hakim-hakim 6:11-40

 

 

Stola: Hijau

Burung merpati (putih) dengan rantingranting zaitun (pinggir putih) diparuhnya, perahu berlayar (putih) dan pelangi (merah, kuning, hijau)

 

 

Memahami Pimpinan Allah dalam Perjuangan Hidup

Menghadapi kesulitan, orang dapat mengalami kebingungan mengenai penyertaan Tuhan. Apa yang diceritakan kepada kita tentang pengalaman iman orang lain belum tentu bersesuaian dan mudah dimengerti dalam situasi kita sendiri. Walau demikian pengalaman orang lain tetap penting sebagai kesaksian yang melengkapi pengalaman iman kita sendiri.

Gideon dan bangsanya sedang mengalami bencana penindasan. Mereka ada dalam ketakutan dan sikap apatis / kecewa kepada Allah karena berharap pengalaman iman umat Israel di masa lalu dapat dijadikan jaminan untuk terhindar dari keadaan hidup yang sulit. Gideon meminta tanda-tanda dari Tuhan untuk meyakinkan dirinya yang sangat takut untuk memulai sebuah perjuangan. Namun bukan tanda-tanda itu yang meneguhkan iman. Yang memampukan Gideon membawa pemulihan bangsanya adalah perubahan cara pandang dan kesungguhan untuk mengandalkan Tuhan.

Dalam situasi penuh perjuangan kita perlu dengan rendah hati belajar bersikap positif terhadap pengalaman kita sendiri tentang pimpinan Tuhan. Kita bisa belajar dari orang lain dan membagi cerita kita kepada orang lain sebagai cerita iman yang memperkuat persekutuan untuk menghadapi pejuangan hidup.

Bulan Oktober (Bulan Keluarga, HUT GMIT  dan HUT Reformasi)

Tema: Roh Kudus Membarui GMIT sebagai Keluarga Allah

 

Minggu, 2 Oktober 2022

Masa Raya: Minggu Biasa XVI

Bacaan Mazmur 128

Nas Khotbah: 2 Tim 1: 1-14

 

Stola:Hijau

Burung merpati (putih) dengan rantingranting zaitun (pinggir putih) diparuhnya, perahu berlayar (putih) dan pelangi (merah, kuning, hijau)

 

 

 

Spiritualitas Bertumbuh dalam Keluarga 

Bacaan ini adalah bagian dari ucapan syukur Paulus kepada Allah atas Iman dan kekudusan hidup Timotius. Karena itu ia mengingat Timotius dalam doa-doanya. Paulus mengakui, Timotius adalah seorang anak yang terlahir dari keluarga yang sungguh-sungguh memberi diri melayani Tuhan. Pola didik oma (nenek) dan mama (ibu)-nya sungguh-sungguh memberi keteladanan berupa nilai-nilai hidup yang patut dilanjutkan oleh Timotius. Timotius terus menjaga agama nenek moyangnya (5) dari pihak ibunya.

Keluarga haruslah menjadi tempat pertama dimana Iman dan kekudusan hidup perlu ditumbuh kembangkan. Orang tua haruslah menjadi teladan yang patut dicontohi. Sehingga anak-anak dapat belajar untuk hidup beriman kepada Tuhan. Ada banyak keluarga yang juga tidak memiliki keluarga yang lengkap. Dalam konteks seperti ini kita perlu belajar bahwa ada kekuatan yang luar biasa yang dapat dilakukan untuk keluarganya. Kita tidak perlu malu dan merasa minder, tugas kita tetap berjuang dan jangan menyerah dalam mendidik dan membesarkan anak-anak dalam pengenalan yang benar tentang Allah. Sebab Iman yang lahir dari kesungguhan hati akan memampukan setiap anggota keluarga mampu bertahan menghadapi berbagai ujian.

 

 

2-8 Oktober 2022

Ibadah Persiapan Perjamuan Kudus

Triwulan III

Bacaan Mazmur

Nas Khotbah: Lukas 14:15-24

Stola: Hijau

Burung merpati (putih) dengan rantingranting zaitun (pinggir putih) diparuhnya, perahu berlayar (putih) dan pelangi (merah, kuning, hijau)

 

Perbuatan Baik dengan Ketulusan Hati 

Seringkali kita melakukan suatu perbuatan baik untuk mendapatkan balasan atau ganjaran kebaikan yang setimpal. Jika suatu saat kita memberi sumbangan kepada seseorang, bisa jadi suatu ketika kita akan disumbang oleh orang itu, setimpal dengan nilai sumbangan yang pernah kita berikan. Tuhan Yesus mengajarkan hal yang berbeda, yaitu agar kita mengharapkan pembalasan dari Allah, bukan balasan dari manusia.

Ajaran itu disampaikan Yesus dalam bentuk cerita tentang orang-orang yang berdalih, yaitu mereka yang karena begitu terikat dengan segala sesuatu yang ada pada mereka, yang dapat memberi manfaat langsung kepada mereka (ladang, hewan, keluarga).  Orang-orang dengan orientasi hidup dan kerja untuk diri sendiri mempunyai dalih untuk mengelak dari undangan Allah untuk memperoleh jamuan iman bagi keselamatan. Sebaliknya, orang-orang yang miskin, berkebutuhan khusus (buta dan lumpuh), dan para gelandangan di jalan-jalan, dengan sukacita menikmati jamuan keselamatan.

Perjamuan Kudus adalah simbol dari jamuan keselamatan bagi seisi dunia. Bersiaplah untuk menerima undangan keselamatan dari Allah. Tuhan menghendaki kita melakukan kebaikan dengan tulus hati. Biarlah Tuhan yang akan membalas segala kebaikan.  
 

2-8 Oktober 

Ibadah Perjamuan Kudus Triwulan III

Bacaan Mazmur

Nas Petunjuk Hidup Baru: Yohanes

15:9-17

 

Stola: Hijau

Burung merpati (putih) dengan rantingranting zaitun (pinggir putih) diparuhnya, perahu berlayar (putih) dan pelangi (merah, kuning, hijau)

 
 

Minggu, 9 Oktober 2022

Masa Raya: Minggu Biasa XVII

Bacaan Mazmur 111

Nas Khotbah: Lukas 17:11-19

 

Stola: Hijau

Burung merpati (putih) dengan rantingranting zaitun (pinggir putih) diparuhnya, perahu berlayar (putih) dan pelangi (merah, kuning, hijau)

 

Keluarga yang Bersyukur 

Bacaan kita melukiskan kesembuhan 10 orang kusta. Pada masa itu, penyakit kusta dipandang sebagai penyakit kutukan atas dosa tertentu. Karena pandangan itu maka para penderita kusta, bahkan keluarganya pun, dikucilkan dari kehidupan sosial.

Tuhan Yesus menghadirkan kepedulian terhadap para penderita kusta yang Ia temui. Ia memberi belas kasih kepada setiap mereka yang dalam masyarakat dikucilkan dan diremehkan. Kehadiran Yesus memberi penghiburan dan harapan bagi mereka untuk memperoleh kesembuhan dan dengan demikian dapat menatap masa depan. Dapat dibayangkan, betapa orang yang sembuh dari kusta sangat bahagia. Walau demikian, dari ke-10 orang yang sembuh, tidak mempunyai tanggapan yang sama terhadap sang penyembuh mereka. Setelah sembuh, ternyata hanya 1 orang yang kembali untuk bersyukur.

Ketika ia melihat bahwa ia telah sembuh, dia tidak langsung menemui para imam untuk dinyatakan tahir melainkan ia kembali kepada Yesus yang menjadi Sumber Kesembuhan. Baginya kesembuhannya itu semata-mata karena Kristus. Karena itu ia tersungkur di depan kaki Yesus (ay. 16).

 

Allah turut bekerja dalam berbagai pergumulan hidup kita dan keluarga kita. Ia memelihara kita, menolong kita, menyembuhkan, bahkan menyelamatkan kita dari berbagai persoalan dan ancaman yang pernah kita hadapi. Maka kita harus terus bersyukur atas kebaikan Tuhan, sang Pemberi Hidup.

 

 

Minggu, 16 Oktober 2022  

Masa Raya Minggu Biasa XVIII

Bacaan Mazmur 119:97-104

Nas Khotbah: Yeremia 31:27-34

 

Stola:Hijau

Burung merpati (putih) dengan rantingranting zaitun (pinggir putih) diparuhnya, perahu berlayar (putih) dan pelangi (merah, kuning, hijau)

 

Janji Allah bagi Setiap Keluarga

Bagian ini merupakan Wahyu atau penyataan dari Allah kepada Nabi Yeremia. Isi dari wahyu itu, bahwa umat Allah akan menjadi banyak dan juga sejahtera. Negeri Israel secara keseluruhan (Israel dan Yehuda) akan dipenuhi oleh manusia maupun hewan (ay. 27); mereka tidak akan lagi dimintai perhitungan akan dosa-dosa nenek moyang (ay. 29-30); Allah tidak akan membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya sehingga mereka tidak lagi mengeluh; dan bahwa Allah akan memperbaharui perjanjian-Nya dengan mereka, sehingga semua berkat itu akan mereka dapatkan. Setelah melalui masa yang sulit karena hukuman Tuhan atas dosa mereka, kini mereka akan mengalami masa pemeliharaan Ilahi yang indah sesuai janji Allah.

Setiap keluarga tentu memiliki pergumulan hidup. Ada saat dimana ketika beban itu begitu menindih, kita merasa bahwa hidup ini begitu berat. Sehingga kita cenderung mengeluh dan tidak sabar dalam menanti jawaban Tuhan.
Firman Tuhan yang kita renungkan ini menegaskan tentang pemeliharaaan Allah atas kita sesuai janjiNya. Kita perlu menyadari bahwa siapapun kita, apapun pergumulan kita saat ini kita perlu membuka terus-menerus ruang perjumpaan dengan Allah. Perjumpaan dengan Allah memungkinkan kita membahuri komitmen kesetiaan kepada Allah dan mendapatkan kesempatan untuk memperoleh kesegaran hidup menurut janji Allah.
Semua orang dan semua keluarga mendapatkan bagian dalam pemeliharaan sesuai dari janji Allah. Karena itu setiap kita perlu datang pada-Nya dan berserah diri sebagai pribadi dan keluarga demi dirangkul oleh kasih Allah dan mengalami suasana hidup yang Allah janjikan.

 

 

Minggu, 23 Oktober 2022

Masa Raya Minggu Biasa XIX

Bacaan Mazmur 113

Nas Khotbah: Lukas 18:9-14

 

Stola:Hijau

Burung merpati (putih) dengan rantingranting zaitun (pinggir putih) diparuhnya, perahu berlayar (putih) dan pelangi (merah, kuning, hijau)

 

Keluarga yang Dibenarkan Allah

Bacaan ini berisi cerita perumpamaan Tuhan Yesus tentang orang Farisi dan pemungut cukai. Mereka melakukan kewajiban untuk berdoa pada waktu dan tempat yang sama. Namun sikap berdoa, orang Farisi terlihat begitu angkuh karena merasa dirinya benar. Sebaliknya, pemungut cukai berdoa dengan sikap menganggap dirinya tidak layak. Berbeda dengan si Farisi yang menyampaikan kebanggaaannya atas sejumlah keunggulannya dibandingkan dengan orang lain, si pemungut cukai menyampaikan dalam doanya penyesalan atas dosanya kepada Allah. Apa hasilnya? Justru Tuhan memilih orang yang merendahkan diri dihadapan-Nya dan menolak orang yang sombong dan tinggi hati.

Di dunia yang terbuka seperti sekarang ini seringkali kita menemukan bahwa orang lebih suka mengumbar prestasinya sebagai pembeda dengan orang lain yang dianggap lebih rendah daripadanya. Orang cenderung mengutamakan dirinya sendiri daripada melayani kepentingan orang lain. Konflik menjadi sulit terselesaikan karena orang cenderung mengejar pencitraaan publik, membenarkan diri dan menganggap orang lain salah dalam sudut pandangnya.

 

Kita diingatkan, apapun keadaan dan permasalahan yang kita alami hari ini kita harus datang pada Tuhan dengan sikap yang jujur dan terbuka. Allah mengenal siapa kita dan karena itu kita perlu datang pada-Nya dalam kerendahan hati untuk mengakui setiap dosa perselingkuhan, kemabukan, gossip, fitnah dll. Ruang doa-doa pribadi dan keluarga haruslah menjadi ruang yang khusus dan dibentuk dalam kesadaran yang sungguh. Kiranya kita tidak membiasakan diri mempublikasi doadoa pribadi dan keluarga dengan maksud untuk mendapatkan pujian dan popularitas untuk diri sendiri. Kiranya kita terhindar juga dari model pencitraan yang akhir-akhir ini digandrungi banyak orang.
 

Minggu, 30 Oktober 2022

Masa Raya: Minggu Biasa XX

Bacaan Mazmur 112

Nas Khotbah: I Timotius 5:1-8

 

 

Stola:Hijau

Burung merpati (putih) dengan rantingranting zaitun (pinggir putih) diparuhnya, perahu berlayar (putih) dan pelangi (merah, kuning, hijau)

 

 

Saling Menegur Sebagai Keluarga 

 

Bagian Firman Tuhan ini merupakan nasehat kepada Timotius tentang bagaimana sikap dan penghormatan yang harus diberikan kepada orang-orang yang sama generasi maupun yang berbeda generasi dengannya. Setiap keluarga dinasehatkan agar memperhatikan kebutuhan anggota keluarga, terutama mereka yang ada dalam keadaan kekurangan seperti para janda. Tuhan menghendaki kepekaan dan kepedulian terhadap orang-orang terdekat dalam hal ini keluarga maupun rekan-rekan seiman.

Memperhatikan kehidupan orang-orang terdekat patut dilakukan oleh kita sebagai muridmuridNya. Banyak kali berbagai alasan perbedaan generasi menyebabkan adanya sikap tidak hormat kepada orang tua yang dianggap sudah ketinggalan zaman. Demikian juga orang tua sering meremehkan anak-anak. Kita dipanggil untuk saling memperhatikan satu kepada yang lain dalam keluarga dan lingkungan sekitar.

Di bulan keluarga ini, kita diajak untuk saling menegur dan saling menghormati demi memperkuat ketahanan keluarga menghadapi tantangan zaman yang makin kompleks.  

 

 

Senin, 31 Oktober 2022

Ibadah HUT ke 75 GMIT dan HUT ke

505 Reformasi

Bacaan Mazmur 77:12-21

Nas Khotbah: I Korintus 3:10-23

 

Stola:Hijau

Burung merpati (putih) dengan rantingranting zaitun (pinggir putih) diparuhnya, perahu berlayar (putih) dan pelangi (merah, kuning, hijau)

 

Gereja yang Berdasar pada Kristus, Hidup dan Melayani dalam Tuntunan Roh Kudus

 

 

Perikop ini memuat nasehat Paulus berkaitan dengan situasi perselisihan dalam jemaat Korintus. Gereja diibaratkannya sebagai sebuah bangunan yang berdiri di atas dasar Kristus sebagai dasar bangunan. Tiap orang atau kelompok dalam jemaat terpanggil untuk membangun pelayanan. Semua hal yang dilakukan akan diuji pada waktunya.

Pada hari ini kita merayakan beberapa peristiwa sukacita: Penutupan Bulan Keluarga, perayaan HUT ke-75 (tahun berlian) GMIT dan Hari Reformasi ke-505.  Perikop ini mengingatkan kita tentang Kristus sebagai dasar gereja serta tuntunan Roh Kudus untuk hidup dan pelayanan tiap anggota gereja.

Melalui perayaan ini kita diajak untuk ikut merawat iman kepada Kristus dan giat dalam pekerjaan pelayanan. Kita sebagai subyek pelayanan memiliki kemampuan yang beragam. Ada yang membangun dengan emas, ada yang membangun dengan perak, permata, kayu, rumput kering dll. Berkaitan dengan itu kita perlu memastikan bahwa kita melakukan pekerjaan pelayanan dengan sungguh-sungguh karena dalam perjalanan waktu pekerjaan tiap orang akan akan diuji dan dimurnikan.

Bulan November (Bulan Lingkungan Hidup)

Tema: Berkarya Bagi Pemulihan Alam Semesta 

 

Minggu, 6 November 2022  

Masa Raya Minggu Biasa XXI

Bacaan Mazmur 19

Nats khotbah: Amsal 3:19-26

 

Stola: Hijau

Burung merpati (putih) dengan rantingranting zaitun (pinggir putih) diparuhnya, perahu berlayar (putih) dan pelangi (merah, kuning, hijau)

 

Mengelolah Alam dengan Hikmat

Peran manusia sangat besar dalam menentukan kelestarian atau kerusakan alam. Demi merawat alam sekitar seperti hutan, hewan, kesuburan tanah, kestabilan iklim, dst, kita perlu memperbaiki kelaukan yang merusak alam.

Kitab amsal mengajarkan kita tentang manfaat hikmat. Seseorang dapat memiliki hikmat untuk mengelolah segala sesuatu dalam kehidupan, salah satunya adalah mengelolah alam. Nas ini memberi suatu refleksi bahwa alam dengan segala isinya dijadikan oleh Tuhan. Tuhan, dengan hikmat-Nya, mengatur segala sesuatu untuk kebaikan.

Sebagaimana Allah mengatur segala sesuatu dengan hikmat untuk kebaikan, demikian juga kita sebagai orang percaya dapat mengelolah alam ini dengan hikmat, mengatur lingkungan tempat tinggal kita serta sumber daya alam yang ada untuk kebaikan bersama.
 

Minggu, 13 November 2022

Masa Raya Minggu Biasa XXI

Bacaan Mazmur 105:7-24

Nats Khotbah:  I Raja-raja 21:1-16

 

 

Stola:

Hijau, Burung merpati (putih) dengan ranting-ranting zaitun (pinggir putih) diparuhnya, perahu berlayar (putih) dan pelangi (merah, kuning, hijau)

 

Membela Hak Atas Tanah Demi Masa Depan Segenap Ciptaan

Bumi, tanah dan segala sesuatu berasal dari Allah. Kitab kejadian menyaksikan bahwa manusia diciptakan Allah dari tanah. Perjanjian Allah dengan Abraham dan keturunannya juga meliputi pemberian tanah. Itulah sebabnya Nabot mati-matian mempertahankan tanah/kebun miliknya dari rencana pengambilan paksa oleh raja Ahab.

Sejumlah mitologi orang NTT memaknai tanah sebagai ibu; karena tanah dianggap sebagai sumber kehidupan bagi segala makluk. Tanah memiliki nilai historis, geneologis dan teologis. Kini, nilainilai itu tergerus oleh perubahan zaman yang memandang tanah hanya sekadar properti (harta) yang seringkali menjadi rebutan. Tidak sedikit keluhan yang kita dengar bahwa tanah kerap diabaikan dan dicemari dengan racun kimia yang berbahaya.

Cerita perjuangan Nabot untuk mempertahankan sebidang tanah warisan menegaskan kepada kita tentang tanggung jawab iman untuk merawat tanah dengan baik. Tanah adalah pemberian Allah yang sangat bermakna bagi kehidupan. Manusia membutuhkan tanah, tetapi tanah perlu dikelola bukan saja untuk melayani kepentingan manusia tetapi juga bagi segenap makhluk sebagaimana dikehendaki Allah.

 

 

Minggu, 20 November 2022

Masa Raya Minggu Kristus Raja

Bacaan Mazmur 148

Nas Khotbah: Matius 8:23-27

 

 

Stola: Hijau

(Burung merpati (putih) dengan rantingranting zaitun (pinggir putih) diparuhnya, perahu berlayar (putih) dan pelangi (merah, kuning, hijau)

 

Yesus Berkuasa atas Alam Semesta

 

Minggu ini kita merayakan minggu Kristus Raja, sebuah pengakuan gereja akan Yesus sebagai Raja atas hidup kita dan juga atas alam semesta. Pengakuan bahwa Dia berkuasa atas segalanya.

Gelombang besar menerpa perahu yang ditumpangi Yesus bersama para muridNya. Kepanikan terjadi di kalangan para murid, dan mereka hendak memberitahukan bencana itu pada Yesus. Setelah Yesus menegur mereka atas ketidakpercayaan mereka, Yesus pun menenangkan badai itu dan mereka dapat melanjutkan pelayanan. Cerita ini menegaskan bahwa Yesus berkuasa atas alam.  Dengan perayaan hari ini kita mengakui kedaulatan kuasa dan kasih Yesus atas semesta. Pengakuan itu membuat kita tunduk selalu pada kehendakNya dan membiarkan Tuhan berkuasa atas seluruh hidup kita. Penguasa semesta adalah Yesus yang menebus dan menyelamatkan semesta. Manusia bukanlah penguasa atas semesta. Tugas manusia adalah memelihara alam semesta (darat, laut dan udara) serta segala benda alam yang ada agar tidak binasa oleh dosa dan kejahatan.

 

Masa Raya Advent, Natal dan Tahun Baru 

(Tema Natal Sesuai Tema Perayaan Natal Tahun 2022 secara Nasional Sesuai Kesepakatan PGI dan KWI)

 

Minggu, 27 November 2022

Masa Raya Minggu Advent I

Bacaan Mazmur 24:1-10

Nas Khotbah: Matius 24:37-47

 

Stola:

Ungu, (Salib Jangkar)

 

Tetap Berjaga-jaga dan Siap Sedia

Perikop bacaan kita adalah bagian khotbah Yesus tentang akhir zaman. Bagian ini memakai keadaan manusia di zaman Nuh untuk menasehati tentang pentingnya sikap berjaga-jaga atau waspada terhadap berbagai perkembangan situasi. Tuhan Yesus mengingatkan kepada para pendengarNya agar tidak terlena dengan keadaan tetapi tetap berjaga-jaga dan siap sedia.

Pada zaman Nuh, peristiwa air bah yang membinasakan itu, bukanlah peristiwa yang tidak diketahui sebelumnya. Namun orang-orang pada zaman itu tidak mengindahkan nasehat Allah melalui Nuh. Mereka tetap melakukan gaya hidup sesuka hati, yang tidak merespon situasi ancaman akibat kesalahan-kesalahan mereka. Belajar dari situasi tersebut, Tuhan Yesus mengingatkan kepada para pendengar khotbahNya agar selalu berwaspada terhadap kedatanganNya kembali sebagai suatu peristiwa akan datang yang tidak dapat diketahui sama sekali sebelumnya.

Di awal masa Adventus ini kita disadarkan tentang perlunya sikap berjaga-jaga terhadap berbagai peristiwa masa depan, termasuk peristiwa iman. Tuhan Yesus akan kembali menjumpai kita dan meminta pertanggung jawaban terhadap segala sesuatu yang sehari-hanrinya kita lakukan dan alami.
 

Minggu, 4 Desember 2022

Masa RayaMinggu Adven II

Bacaan Mazmur:  72:1-7, 18-19

Nas Khotbah: Ratapan 3:21-33

 

 

Stola

Ungu, (Salib Jangkar)

 

Kasih Setia Tuhan Tak Berkesudahan

Peristiwa pembuangan dikenang sebagai masa yang sangat sulit bagi bangsa Israel di mana pengharapan terasa begitu jauh dan Allah hanya berdiam diri.  Umat bergumul dengan situasi kegelapan, kesakitan, patah tulang, kehancuran dll. Malapetaka atas Yerusalem adalah akibat dari perbuatan Israel yang berbalik dari Allah dan tidak mengindahkan perintah dan ketetapanNya. Namun dalam keterpurukannya, sang penyair mengingat suatu hal tentang Tuhan membangkitkan kembali semangat dalam dirinya untuk tidak berhenti berharap kepada Tuhan.

Kata-kata pertama dalam ayat 22 menjelaskan tentang kasih setia dan rahmat Tuhan yang tak berkesudahan. Kata kasih setia (hesed) dipakai dengan menggunakan bentuk plural untuk menekankan tentang bentuk perbuatan nyata Allah yang tidak akan terpatahkan oleh kondisi apa pun.

Kata rahmat didasarkan pada kata Ibrani untuk rahim. Kasih Allah dihubungkan dengan rahim seorang perempuan guna menggambarkan bahwa cinta Allah kepada Israel adalah ibarat cinta seorang ibu yang senantiasa terikat atau terhubung erat dengan anak-anaknya dan diberikan secara tulus dan murni kepada mereka.
Dalam pergumulan menghadapi berbagai realitas kehidupan, di tengah-tengah penderitaan, penyair Ratapan mengingatkan kita tentang kasih Allah. Kita diajak untuk senantiasa memusatkan pikiran kita pada cinta rahim Allah yang tidak terpatahkan dan senantiasa aktif dalam kehidupan kita. Hanya dalam cinta itu kita akan menemukan harapan dalam keputusasaan kita.

 

 

 

 

Minggu, 11 Desember 2022

Masa Raya Minggu Advent III

Bacaan Mazmur 146:5-10

Nas Khotbah:  Lukas 1:46-56

 

 

Stola:

Ungu, (Salib Jangkar)

 

 

 

Bergembira karena Allah 

Nas ini adalah nyanyian pujian Maria yang biasa disebut Magnificat. Magnificat adalah sebuah nanyian liturgis dalam ibadah-ibadah Kristen. Maria memuji Allah dengan gembira pada saat ia mendapat berita tentang kelahiran Juruselamat. Berita itu ia bagikan juga kepada Elizabet. kegembiraan hati Maria berkaitan dengan fakta bahwa Allah menganugerahkan Juruselamat bagi dunia, termasuk bagi Maria. Lebih dari itu Maria merasakan keajaiban karena Allah melibatkan dirinya dalam karya agung Allah bagi dunia. Maria merasa diri sangat dimuliakan oleh sentuhan kasih Allah.

Dalam menghayati minggu advent III, kita diingatkan tentang sukacita dan kegembiraan orang percaya bahwa melalui karya penebusan Yesus, dunia diselamatkan. Dalam karya agung itu semua orang dipanggil untuk berpartisipasi. Sukacita atau kegembiraan tidak hadir hanya sebagai pujian liturgis semata. Dengan sukacita kita berkarya sesuai dengan rencana agung Allah atas dunia. Jadikanlah diri, tubuh, pikiran dan tindakan kita sebagai alat penyelamatan Allah atas dunia, atas semua orang dan semesta. Bersama Maria kita terpanggil untuk memuji Allah senantiasa, berkarya sepanjang hidup dengan gembira, karena Allah, Juruselamat.
 

Minggu, 18 Desember 2022

Masa Raya Minggu Advent IV

Bacaan Mazmur:  80:1-7,17-20

Nats Khotbah:  Yesaya 7:10-17

 

 

Stola:

Ungu, (Salib Jangkar)

 

Allah Beserta Kita

Latar belakang nas kita mengenai ketidak-percayaan raja Ahaz kepada Allah dan nabi Yesaya.

Menghadapi penolakan tersebut, Yesaya berkata bahwa Allah tetap akan memberikan tanda kepada

Ahaz. Dengan menyebut Ahaz sesuai dengan nama dinastinya “Rumah Daud,” Allah kemudian memberi janji dan ancaman: 1) Seorang perempuan muda akan mengandung seorang anak yang diberi nama Imanuel (Allah beserta kita). Kelahiran sang anak berarti akhir dari keberadaan para musuh Ahaz; 2) namun pada saat yang sama, Allah akan membawa di hadapan Ahaz dan Yehuda kekuatan kekerasan yang berasal dari raja Asyur.

Masa raya Adven adalah masa penantian akan kehadiran sang Imanuel. Sebagai orang-orang beriman, hendaknya kita berpegang pada keyakinan bahwa Allah tetap terlibat dalam segala pergumulan kita.
Adalah kasih karuniaNya bahwa Allah berjalan bersama kita memberi damai dalam melewati berbagai tantangan. Dalam penyertaan Allah, kita terlindungi dan kehidupan dibarui, perlahan-lahan kita bangkit dari keterpurukan. Allah beserta kita untuk melindungi kita.
Sabtu, 24 Desember 2022

Ibadah Malam Natal

Bacaan Mazmur 96

Nats Khotbah:  Lukas 2:1-20

 

Stola:

Putih (Palungan dan Pelangi)

Natal: Allah Hadir di Tengah Kerapuhan Manusia 

Kelahiran Yesus berlangsung dalam konteks politik kejayaan kerajaan Romawi yang ditandai dengan unjuk kekuatan melalui sensus penduduk. Yusuf dan Maria pergi ke Betlehem untuk mengikuti sensus. Ini bukanlah perjalanan yang mudah karena Maria dalam keadaan hamil tua, hampir tiba waktu melahirkan. Walau sangat rentan bagi keluarga muda itu melakukan perjalanan jauh namun mereka wajib menerobos kondisi dengan segala resiko. Di tengah kesibukan masyarakat kota Betlehem yang sedang sibuk menyelenggarakan sensus penduduk, terjadi penggenapan janji Allah,

Putera Allah lahir di dalam kandang domba di kota kecil Betlehem.
Para gembala sedang menjaga domba di padang gembalaan ternak ketika berita kelahiran Yesus disampaikan kepada mereka. Kabar baik itu merubah kesunyian.   Kemuliaan Allah hadir di tengahtengah mereka. Kandang domba adalah tempat yang akrab dengan para gembala. Dengan gembira dan penuh semangat mereka bersegera mendapati bayi Yesus serta Maria dan Yusuf di kandang itu. Dapat dibayangkan, betapa mereka makin bersukacita Ketika telah bertemu sang Juru Selamat. Kehadiran Allah di tengah kehidupan para orang kecil dan rentan itu memberi daya untuk melanjutkan hidup dengan sukacita. 
Peristiwa kelahiran Yesus adalah bukti kehadiran Allah di tengah-tengah kerapuhan hidup manusia. Allah menjumpai kita yang rapuh, memberi daya dan semangat untuk terus bergerak maju, menggumuli kerapuhan, menghadapi dan menerobos situasi hidup untuk menyongsong penggenapan janji Allah.
 

Minggu, 25 Desember 2022

Masa Raya Natal

Bacaan Mazmur

Nats Khotbah

 

Stola:

Putih (Palungan dan pelangi)

 

 

Tema Natal sesuai Tema Nasional yang diterbitkan oleh PGI & KWI tahun 2022

 

Senin, 26 Desember 2022

Ibadah Syukur Natal dan Baptisan

Bacaan Mazmur 37:1-11

Nas Khotbah: Ibrani 11:1-12

 

Stola:

Putih (Palungan dan Pelangi)

 

Beriman Teguh dan Bergerak Menuju Masa Depan

Bacaan kita ini memberikan beberapa pengertian tentang iman. Iman memberikan jaminan, pasak tempat kita menggantungkan harapan. Karena iman, harapan kita bukanlah harapan yang kosong melainkan memiliki isi dan juga akan terwujud. Iman juga menyediakan landasan yang dapat kita pegang teguh. Landasan itu mengarahkan kita ke masa depan dan memberikan keberanian bagi kita untuk bergerak maju, pergi ke tempat yang belum kita ketahui. Jadi iman menggerakkan kita ke masa depan.

Nas kita memberi definisi iman melalui contoh kisah tentang Habel, Henokh, Nuh, Abraham dan Sarah guna menggambarkan apa yang terjadi ketika kita dengan setiap berpegang teguh pada iman kepada Allah dan bergerak maju. Mereka sadar bahwa masa depan adalah milik Tuhan dan jika Tuhan sudah berjanji maka Ia akan menggenapi janjiNya.
Di hari ini, teladan Habel, Henokh, Nuh, Abraham dan Sara meneguhkan kita untuk berpegang teguh pada janji-janji Tuhan dan bergerak ke masa depan yang adalah milik Tuhan. Di tengah perubahan dan ketidakpastian, mereka semua menemukan bahwa Tuhan tetap sama dan setia. Tuhan yang sama dan setia itu jugalah yang senantiasa berjalan bersama kita menuju masa depan yang penuh harapan.
 

27-30 Desember 2022

Ibadah Persiapan Perjamuan Kudus

Triwulan IV (Akhir Tahun)

Nas Khotbah:  Wahyu 21:1-7

 

Stola:

Putih (Palungan dan pelangi)

 

Alfa dan Omega

Kitab Wahyu ditulis untuk dua tujuan. Pertama, untuk menghibur mereka yang tertindas dan dianiaya oleh karena imannya kepada Tuhan Yesus. Kedua, untuk membangunkan semangat hidup dan berkarya aktif sebagai umat Tuhan.

Teks kita berbicara tentang langit yang baru dan bumi yang baru. Gambaran itu dipakai untuk menegaskan bahwa segala sesuatu ada dalam Kristus sebagai Alfa dan Omega, Yang Awal dan Yang Akhir. Seluruh keberadaan dan kehidupan memiliki titik awal dan titik akhir. Penulis kitab Wahyu memastikan bahwa kedua titik itu adalah Yesus, sebagai permulaan dan tujuan akhirnya.

Perjamuan kudus akhir tahun kita rayakan sebagai tanda syukur atas pemeliharaan Tuhan yang tidak pernah berakhir. Kehidupan tidak berakhir pada titik di mana kita sedang ada sekarang. Akhir tahun bukanlah akhir keberadaan segala sesuatu. Tahun ini akan berlalu tetapi tahun yang baru akan datang. Di dalam Tuhan selalu ada yang baru, yang akan hadir, memberi semangat, kekuatan dan harapan untuk membangun kehidupan bagi kemuliaan Kristus, sang Alfa dan Omega.  
 

27-30 Desember 2022

Masa Raya Perjamuan Kudus Triwulan

IV (Akhir Tahun)

Nas Bacaan Petunjuk Hidup Baru:

I Timotius 6:11-16

 

Stola:

Putih (Palungan dan pelangi)

 
Sabtu, 31 Desember 2022

Masa Raya: Akhir Tahun

Bacaan Mazmur 121

Nats Khotbah: 1 Samuel 7:5-14

 

Stola:

Putih (Palungan dan pelangi)

Sampai di Sini Tuhan Menolong Kita

Kehidupan bangsa Israel di tanah Kanaan pada masa Samuel bukanlah kehidupan yang mudah.

Sebagai sebuah bangsa mereka dikelilingi oleh banyak musuh yang kuat. Pada kenyataannya, bangsa Israel pernah mengalami kekalahan militer yang membuat mereka kehilangan Tabut Perjanjian di tangan musuh mereka. Tabut tersebut adalah simbol kehadiran Allah di tengah-tengah mereka. Israel kemudian dapat merebut kembali tabut tersebut namun memori yang kelam tersebut terus melemahkan semangat mereka.

12 tahun kemudian setelah peristiwa tersebut, nabi Samuel memanggil para pemimpin dan meminta mereka untuk meneguhkan kembali iman mereka kepada Allah dengan cara berdoa bersama meminta berkat Allah atas mereka.
Tentara Filistin melihat kesempatan ini untuk menyerang Israel ketika para pahlawan Israel sedang berdoa. Namun Samuel yang mengetahui rencana ini kemudian membentuk pasukan perang dan berhasil mengalahkan pasukan Filistin.
Untuk menandai kemenangan militer mereka maka Samuel mendirikan sebuah batu penanda di antara Mizpa dan Yesana dan menamakan batu itu, “Eben-Heazer” yang berarti “sampai di sini Tuhan menolong kita.”
Di hari ini kita memasuki hari terakhir di tahun 2022. Banyak di antara kita yang telah melewati harihari yang keras dan berat. Namun di hari ini marilah kita masing-masing mendirikan tugu peringatan di hati kita seperti yang dilakukan oleh Samuel dan umat Israel. Kita bukan memperingati masa-masa sulit yang telah kita alami ataupun kemenangan yang pernah terjadi di tahun ini. Sebaliknya, kita mengangkat Eben-Heazer kita untuk memperingati kesetiaan Tuhan yang selama ini telah menolong kita untuk menewati masa-masa sulit tersebut.
Di hari ini kita juga memperingati kehadiran keluarga, sahabat dan sanak kerabat kita yang berjalan bersama-sama dengan kita di masa-sama sulit. Tuhan memakai mereka untuk memastikan bahwa semua baik-baik saja.
– Untuk itu bersama penyair Annie J. Flint kita beriman bahwa, “Tuhan tak pernah janji langit selalu biru, jalan bertabur bunga di sepanjang hidup kita; Tuhan tak menjanjikan matahari tanpa hujan, sukacita tanpa kesedihan, kedamaian tanpa rasa sakit. Tetapi Tuhan telah menjanjikan kekuatan untuk hari ini, istirahat dari pekerjaan; terang untuk jalan kita, rahmat untuk pencobaan, bantuan dari Ilahi, simpati yang tak pernah putus, cinta yang tak pernah mati.”

 

 

Minggu, 1 Januari 2023

Masa Raya: Tahun Baru

Bacaan Mazmur 67:1-7

Nats Khotbah:  Bilangan 6:22-27

 

Stola:

Putih (Palungan dan pelangi)

 

Berkat Tuhan yang Memayungi Perjalanan di Tahun Baru

–      Teks ini terletak di tengah bagian utama Bilangan di mana umat Israel sedang berada dalam persiapan untuk meninggalkan Gunung Sinai dan melanjutkan perjalanannya melalui hutan belantara menuju ke tanah Kanaan. Jadi berkat yang terdapat dalam Bil. 6:22-27 ini ditetapkan pada waktu keberangkatan Israel dari Sinai dan akan digunakan setiap hari di sepanjang perjalanan mereka. Dengan kata lain, ini adalah berkat untuk sebuah perjalanan.

–      Penempatan berkat ini nampaknya tidak biasa yaitu diawali dengan panggilan kaum nazirit yaitu mereka yang bernazar untuk mengkhususkan diri mereka bagi Tuhan dan diakhiri dengan pengudusan tabernakel di tengah komunitas (Bil. 7:1-88) yang menandakan kehadiran Tuhan di tengah-tengah bangsa Israel. Dengan demikian, pengucapan berkat yang ada dalam teks ini dikaitkan dengan kehadiran Tuhan di tengah umat.

–      Dalam tradisi Israel sendiri, berkat ini digunakan secara luas di Israel kuno terutama di akhir ibadah (Lih. Im 9:22; Ul. 21:5; 2 Taw 30:27; Mzr 67:1; 121:7-8).

–      Ketika memperhatikan isi dari berkat ini sendiri maka Tuhan merupakan subjek atau aktor utama yang memberkati, menjaga, membuat wajah bersinar, ramah/menunjukkan kasih karunia, mengangkat wajah, dan memberikan kedamaian. Keenam kata kerja tersebut merupakan kegiatan kebajikan Tuhan yang ditunjukkanNya kepada umat Israel.

–      Berkat yang diberikan oleh Harun kepada umat Israel ini juga yang kita perlukan ketika memasuki tahun yang baru yang masih penuh misteri ini. Pesan firman ini meyakinkan kita bahwa kita semua berada di bawah payung perlindungan tangan Tuhan yang kuat dengan lenganNya yang terentang memberkati kita. Tuhan akan melindungi kita melalui padang gurun persoalan, Ia akan menyediakan kita semua yang kita perlukan; Ia akan memberikan kita sukacita di tengah keluarga, tanah yang subur, kesehatan yang baik, umur panjang, dan perlindungan dari musuh.

Oleh karena itu, perjalanan kita di tahun baru adalah perjalanan iman bersama Allah.

Leave a Reply