KELUARGA YANG HIDUP DALAM KEBAIKAN

Pasneno,gmitklasiskupangbarat.or.id, -Pdt. Hanok Apolos Tefnay, S.Th, M.Pd menjadi pelayan firman (pengkhotbah) dan pengutusan serta perhadapan dalam Pengutusan Pdt. Nining Sonya Lonakoni, S.Th, Perhadapan Pdt. Priska Juita Gana, S.Th dan Serah Terima Ketua Majelis Jemaat Tri Tunggal Pasneno Klasis Kupang Barat. Bacaan Alkitab yang dipilih berdasarkan kalender bacaan Sinode GMIT dari Amsal 3:27-35. Tema khotbah yaitu Keluarga yang Hidup Dalam Kebaikan.

Para pelayan yang memimpin ibadah (doc. Kubaline)

Dalam perenungan pendeta yang akrab disapa Pdt. Hans ini menyampaikan tentang wejangan hikmat yang diberikan oleh Salomo dalam Amsal. Pertama, Salomo menegaskan supaya kebaikan jangan ditahan. Hal ini diingatkan bagi yang memiliki kekuasaan, jabatan dan kekayaaan. Kedua, menjauhi niat jahat dan konflik. Merancangkan kejahatan dapat merusak hubungan dengan sesama dan menghilangkan damai sejahtera. Ketiga, tidak iri terhadap pelaku kejahatan. Melakukan kejahatan merupakan kekejian terhadap Tuhan.

Pendeta yang saat ini melayani di Jemaat Siloam Oelomin merefleksikan firman Tuhan sebagai keluarga yang hidup dalam kebaikan. Pertama, kewajiban keluarga Kristen untuk melakukan kebaikan. Berbuat baik bukan untuk mendapat pujian dan balasan, tetapi merupakan gaya hidup dan plola hidup yang berpusat pada Kristus. Ia mengutip pernyataan Leo Tolstoy seorang filsuf Rusia: Jangan bicara terlalu banyak tentang agama kepadaku, tetapi ijinkan aku melihat agama dalam tindakanmu. Apa yang disampaikan oleh Leo Tolstoy ini dapat mengingatkan tiap keluarga Kristen untuk menunjukkan kehidupan keluarga yang percaya kepada Kristus. Iman kepada Kristus bukan hanya tentang ibadah dan doa, tetapi kemurahan, kejujuran, kasih sayang, merasakan kesusahan dan sakit orang lain (empati) dan hal-hal yang menujukkan tanda kehidupan sebagai manusia.

Kedua, upah dari Tuhan. Galatia 6:9 mengingatkan untuk tidak jemu-jemu atau bosan berbuat baik, sebab pada waktunya akan menuai (mendapatkan hasil). Mutasi dan serah terima ini menjadi bagian dari cara melayani untuk mendatangkan kebaikan dan merasakan upah dari Tuhan. “Pdt. Nining menanam, Pdt. Priska menyiram dan Tuhan yang memberi pertumbuhan” ujarnya. Bukan tentang yang lama gagal atau yang baru lebih hebat, tetapi tentang kasih dan kemuliaan Tuhan yan gtinggal tetap.

Pdt. Hans mengingatkan tentang mutasi rohani. “Jangan sampe pendeta pindah anggota jemaat ju iko pindah. Atau selama ini son suka pendeta lalu karna su pindah baru kembali lae” tuturnya. Tuhan tidak mengatakan ikutlah pendeta yang pindah, tetapi ikutlah Aku (Tuhan). Itu artinya berakar dan bertumbuhlah dalam jemaat yang percaya kepada Kristus. Perpindahan dalam mutasi ini bukan mengakibatkan kehilangan, tetapi menguatkan dan mengutus. Sementara menyambut yang baru menunjukan penerimaan bukan penolakan.

Pdt. Hans yang menjadi pelayan firman dibantu oleh pelayan liturgos yaitu Pdt. Elwin Ndun dari jemaat bermata Jemaat Nilopon, Pdt. Viktor Boru dari Jemaat Getsemani Banbiu, Pdt. Sahaya Manafe dari Jemaat Gibeon Bone dan Pdt. Petrus Asbanu dari Jemaat Elroi Oteba. Ibadah dihadiri oleh KMK Kupang Barat Pdt. Doddy Octavianus, Bendahara MK Kupang Barat Pnt. Elsam Doko, Kepala Desa Bone Yoksan Laiputa, Kepala Desa Taloitan Yusak Bilaut, Kepala Desa Sumlili Yusael Ndun, Keluarga Pdt. Nining, Keluarga Pdt. Priska, para pendeta Klasis Kupang Barat, anggota Jemaat Betania Foeneno, Jemaat dari Imanuel Kolbate Fatule’u, anggota jemaat tuan rumah dan undangan lainnya.

Pdt. Nining dimutasikan ke Jemaat Betania Foeneno Klasis Kupang Barat, sementara Pdt. Priska dipindahkan dari jemaat Imanuel Kolbate Klasis Fatule’u.

GMIT Klasis Kupang Barat bagi kemuliaan Tuhan.f

 

Laporan: Pdt. yft hb

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *