“Beta su abis menangis!” Itulah yang disampaikan oleh Pnt. Kris Tasui pada acara pelepasan dan perhadapan pelayan serta serah terima Ketua Majelis Jemaat GMIT Faut’uf Tapak dari Pdt. Gema Susanti Mage-Lima, S.Th kepada Pdt. Wempi Maleachi Rini, S.Th. Bagi penatua Kris, kebersamaan enam tahun dengan Pdt Gema begitu membekas. Ia sedih. Air mata sudah ia tumpahkan sejak kepastian kepindahan pendeta Gema. Oleh karen itu di hari serah terima ini, ia tidak mau lagi menangis.
Pendeta Gema adalah pendeta pertama yang ditempatkan di Jemaat Faut’uf Tapak sejak jemaat ini dimandirikan tanggal 13 September 2015. Sebagai pendeta pertama tentunya telah banyak pencapaian pelayanan selama 6 tahun ini. Salah satu yang membekas adalah sidang klasis di Tapak. Sungguh, sebagai jemaat kecil itu menjadi tantangan besar. Jemaat Faut’uf Tapak melewati semua itu dengan baik. Seperti nama mereka: Faut’uf yang artinya batu penjuru, maka dapat dikatakan Kristus, Sang Batu Penjuru menjadi kekuatan bagi pelayanan di Tapak.
Setelah enam tahun tujuh bulan di Faut’uf Tapak, saatnya pendeta Gema melanjutkan ziarah pelayanan ke Jemaat Filadefia Oematnunu, Klasis Kupang Barat. Acara serah terima di Oematnunu telah berlangsung pada 9 April 2022. Selanjutnya Jemaat Faut’uf Tapak akan dilayani oleh Pdt. Wempi Maleachi Rini, S.Th yang dimutasikan dari Jemaat Sebiji Sesawi Tuadale, Klasis Kupang Barat.
Kedua pelayan yang dilepas dan disambut penuh ucapan syukur atas proses ini. Banyak pihak telah berperan terutama majelis Jemaat, Majelis Klasis dan Majelis Sinode GMIT. Pendeta Gema bersyukur atas kebersamaan selama enam tahun dengan jemaat di Tapak. Suka duka pelayanan silih berganti. Ikatan pelayanan gereja boleh berakhir, tetapi ikatan keluarga akan terus berlanjut. “Kami ada di Oematnunu. Kami pasti akan sering lewat dari Tapak. Kalau ada apa-apa, jangan lupa kami di Oematnunu.” Itu harapan pendeta Gema. harapan itu disambut oleh penatua Kris Tasui dengan pernyataan: “Siapa saja boleh lewat, tetapi sonde semua orang singgah, kecuali orang-orang yang dikenal dan mengenal.” Pendeta Gema dan keluarga akan terus disambul di Tapak. Begitupun Pendeta Wempi dan keluarga disambut dengan sukacita dan menjadi bagian dalam pelayanan gereja dan keluarga di Tapak.
Acara Pelepasan dan Perhadapan Pelayan dan Serah Terima Ketua Majelis Jemaat GMIT Faut’uf Tapak berlangsung pada 1o April 2022. Kebaktian dilaksanakan bersamaan dengan kebaktian minggu sengsara ketujuh. Kebaktian ini dipimpin oleh Pdt. Philipus Y. Rehiara, S.Pdk dari GMIT Jemaat Masa Meriba Tuamese bersama para Pelayan Rayon 4, Klasis Kupang Barat yaitu Pdt. Netty Fanggidae-Dubu (Horeb Oebatu), Pdt. Voni Dolwala-Adoe (Aku ADa Batulesa), Pdt. Isakh Liunome (El Roi Batakte), Pdt. Ema Bria-Tualaka (Ebenhaezer Sumlili) dan Pdt. Yefta H. Bani (Yegar Sahaduta Oenaek). Renungan firman Tuhan dengan tema Penderitaan Yesus Memutus Mata Rantai Kekerasan didasari dari Injil Lukas 23:26-43.
Acara Pelepasan dan Perhadapan Pelayan dan Serah Terima Ketua Majelis Jemaat GMIT Faut’uf Tapak dihadiri oleh undangan dari pemerintah dan jemaat-jemaat terdekat: Jemaat Sebiji Sesawi Tuadale, Jemaat Filadelfia Oematnunu, Jemaat El Roi Batakte, Jemaat Oemathonis dan para pelayan GMIT Klasis Kupang Barat. Camat Kupang Barat, Bapak Yusak Uli menyampaikan selamat atas proses mutasi ini. Sebagai pemerintah siap bergandengan tangan untuk melayani masyarakat yang adalah jemaat. Ynag mendesak dalam kerjasama itu adalah stuting dan naiknya harga barang dan jasa. Menyikapi itu anggota jemaat perlu menyipakan makanan bergisi sejak dalam kandungan sampai 1000 hari pertama kelahiran. Harga barang yang semakin meningkat mendorong untuk mengantisipasinya dengan menaman di pekarangan, apalagi wilayah Kupang Barat ini daerah pertaniannya luas.
Ketua Majelis Klasis Kupang Barat, Pdt. Doddy Octavianus menyampaikan dua hal dalam suara gembala. Pertama, gereja dan pemerintah atau jemaat dan masyarakat. Tetap memperkuat kerjasama dan saling mendorong untuk kehidupan yang lebih baik. Ia mendorong agar melalui pemerintah kecamatan dapat bekerjasama dengan gereja dan melibatkan pihak Puskesmas Batakte. Kegiatan yang bisa dilakukan adalah menjadi bagian dalam pelayanan katekisasi pranikah terutama materi tentang 1000 hari pertama kehidupan dan kehidupan seksualitas suami istri. Kedua, kehidupan pendeta dan jemaat. Pendeta dan jemaat kiranya tetap memperhatikan tanggungjawab masing-masing. Saling menjaga. Selama ini jemaat Faut’uf dilayani oleh pendeta perempuan, sekarang akan bersama dengan pendeta laki-laki. Pasti cara pendekatan mereka berbeda.
Penulis: Pdt. yft hb