Salatiga,gmitklasiskupangbarat.or.id, -Sharing Pendeta GMIT Klasis Kupang Barat dan Persekutuan Mahasiswa Fakultas Teologi (Permata) GMIT Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga berlangsung pada Kamis (19/9/2024). Kegiatan berlangsung di ruang F114 Fakultas Hukum UKSW Salatiga. Tema sharing: Satu Hati, Satu GMIT.
Berikut ini kesan dari para mahasiswa yang dihubungi setelah kegiatan.
1. Jessika C. Sakbana
Dalam diskusi “Satu Hati Satu GMIT” ada banyak hal yang saya dapatkan. Diskusi ini seperti menjadi jembatan yang sangat berharga antara bapa dan mama pendeta yang sudah mengalami pahit manisnya pelayanan dan kami sebagai mahasiswa Teologi asal GMIT di UKSW yang nantinya akan menjadi generasi penerus dalam tubuh GMIT. Suka duka pelayanan bapa dan mama pendeta kemudian menyadarkan saya pribadi bahwa pelayanan adalah panggilan yang membutuhkan dedikasi dan kebijaksanaan. Apalagi di GMIT yang bisa dikatakan masih tradisional dan kontekstual. Tetapi di situlah seorang pelayan dituntut untuk menjalankan tugas pelayanannya dengan tetap berpegang pada aturan-aturan sinode tetapi tidak meninggalkan nilai-nilai tradisional yang dipegang oleh jemaat. Diskusi ini juga menjadi bekal bagi saya bahwa menjadi seorang pelayan bukan hanya tentang berkhotbah di mimbar, tetapi juga tentang mendampingi jemaat dalam berbagai situasi kehidupan dan dalam pertumbuhan iman mereka, memiliki hati yang peka, tangan yang selalu siap membantu dan kaki yang siap melangkah ke mana pun diperlukan.
Satu pesan yang sangat menarik yang saya dapat dari diskusi kemarin adalah “ke manapun mimpi membawa langkah, tetaplah pulang ke rumahmu”. Ini menjadi pengingat bahwa kamu bisa belajar, menuntut ilmu sejauh apapun tetapi ingat rumahmu. Bawa pulang apa yang kamu dapat untuk menata rumahmu, agar menjadi lebih baik, lebih indah dan lebih sedap dipandang mata. Terbukalah dan berelasilah tetapi jangan lupakan prinsip-prinsip yang ada di “rumah”.
Diskusi ini juga mengingatkan saya untuk mempersiapkan diri tidak hanya dengan pengetahuan-pengetahuan secara teologi, tetapi juga mempelajari berbagai aturan, tata gereja dan berbagai keputusan yang ada di sinode dan yang pasti ketahanan mental dan spiritual untuk menghadapi realita di lapangan. Mari saling mendukung, menguatkan dalam doa dan tindakan untuk membangun “rumah” kita menjadi lebih baik lagi.
2. Ayu Putri Lape
Kegiatan “Satu Hati, Satu GMIT” melalui sharing dari bapa dan ibu pendeta bersama mahasiswa teologi asal GMIT di UKSW memberikan pengalaman dan pelajaran yang sangat berharga. Mendengar cerita dari bapa dan ibu pendeta tentang pengalaman pelayanan mereka memberikan inspirasi yang mendalam. Kisah-kisah tersebut memperlihatkan kekuatan iman, kerja keras dan cinta kasih dalam melayani Tuhan dan sesama. Hal ini mengajarkan kita bahwa dalam setiap pelayanan pasti ada susah dan senangnya, tetapi bagaimana kita menjalaninya dengan keteguhan iman dengan bersandar kepada Tuhan dan melakukan semuanya berdasarkan kasih.
Sharing pelayanan juga memberikan kesan tersendiri bagi saya sebagai anak rantau karena dalam sharing tersebut rindu saya terobati karena kedatangan bapa dan ibu pendeta dari GMIT. Saya merasa bahwa bapa dan ibu pendeta dari GMIT sebagai orang tua yang mengunjungi serta berbagi pelajaran yang berharga bagi saya. Pesan-pesan yang disampaikan melalui sharing ini memperkaya spiritualitas dan memberikan motivasi bagi saya sebagai mahasiswa teologi dalam melanjutkan kehidupan pelayanan dan akademik. Pesan yang saya dapatkan dalam sharing pelayanan adalah pertama, terus berjuang meski menghadapi tantangan. Tantangan dalam pelayanan dan kehidupan pasti ada, namun kita diingatkan untuk tidak menyerah.
Melalui sharing dari bapak dan ibu pendeta, saya belajar bahwa dengan ketekunan, doa dan iman, setiap tantangan bisa dilalui dengan baik. Kedua, ingat tujuan awal kita ketika memilih untuk berkuliah dan jauh dari orang tua. Hal ini mengingatkan kita untuk menjaga komitmen, tetap konsisten dan motivasi dalam mencapai apa yang diimpikan sejak awal. Kita diajak untuk menyadari dan menghargai pengorbanan orang tua yang mendukung pendidikan.
3. Yuliana Finsae
Kesan dan pesan dari Yuliana ketika mengikuti kegiatan (sebagai tour giude) sampai dengan sharing bersama para bapa mama pendeta. Sebagai mahasiswa teologi angkatan 2020 yang diberikan satu kesempatan untuk menjadi tour guide kampus, saya sungguh sangat antusias. Awalnya sedikit takut karena ini pertama kalinya beta jadi tour guide (takut salah menjelaskan). Namun, dengan adanya Ibu Irene yang membantu kami berempat untuk walk through di H-1, jadi sedikit percaya diri.
Setelah tour keliling kampus, kami sebagai tour guide juga bersama bapa mama pendeta GMIT Klasis Kupang Barat mengikuti kuliah umum yang diselenggarakan oleh Fakultas Teologi khususnya untuk mahasiswa S2 (pasca sarjana).
Setelah kegiatan tersebut juga dilakukan satu kegiatan lagi oleh kami mahasiswa asal GMIT yaitu sharing bertemakan Satu Hati, Satu GMIT. Dalam kegiatan tersebut, saya pribadi jadi lebih terbuka pikirannya terkait dengan suka, duka menjadi pendeta nantinya. Bukan hanya itu saja, pesan dari bapa dan mama pendeta yang menyentuh hati “jang lupa katong pung rumah meskipun jalan jao.” Ini akan menjadi pesan, alarm untuk diri sendiri setiap waktu bahwa ada rumah yang sedang menanti kepulangan saya.
GMIT Klasis Kupang Barat bagi kemuliaan Tuhan.f
Editor: Pdt. yft hb