Batubao,gmitklasiskupangbarat.or.id, -“Relasi dan keintiman adalah kunci ketika saya dan saudara sebagai gereja!” Demikian pernyataan Pdt. Semuel Pandie, S.Th Ketua Majelis Sinode GMIT mengawali khotbahnya berdasarkan Matius 15:15-18.
Pdt. Semuel Pandie, S.Th menjadi pelayan firman Tuhan pada penabisan dan pengresmian rumah ibadah Jemaat GMIT Galed Batubao, Sabtu (14/12/2024). Ia bersama para pendeta rayon 5 Klasis Kupang Barat memimpin ibadah penabisan. Hadir dalam acara ini Penjabat Bupati Kupang Alexon Lumba, SH, M.Hum dan para pejabat Kabupaten Kupang, Bupati Kupang terpilih Yosep Lede, SH dan undangan serta jemaat Lidamanu Batubao.
Prosesi penabisan dan pengresmian diawali dengan penyambutan secara adat rombongan Ketua Majelis Sinode GMIT dan Penjabat Bupati Kupang. Dilanjutkan dengan pembukaan selubung papan nama gereja oleh Ketua MS GMIT dan PJ Bupati Kupang. Lalu Ketua MS GMIT dan PJ Bupati Kupang membubuhkan tanda tangan pada prasasti penabisan dan pengeresmian rumah ibadah. Peosesi dilanjutkan dengan penguntingan pita untuk membuka pintu rumah ibadah oleh Ketua MS GMIT. Lalu koster Jemaat GMIT Lidamanu Batubao membuka pintu rumah ibadah dan seluruh jemaat dapat memasuk dan beribadah.
Dalam khotbahnya, Pdt. Semuel Pandie melanjutkan bahwa gereja bisa mendidik orang menjadi baik, tetapi orang baik bisa menjadi tidak baik ketika ada dalam gereja. Hanya karena relasi dan keintiman menjadi terganggu. “Jawaban Petrus: Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup. Jika Yesus adalah Mesias maka jawaban Petrus meingatkan bahwa kalau kita mengenal Yesus dengan betul maka kita harus terlibat dalam gerakan mesianik,” ujarnya. Gerakan mesianik adalah gerakan yang membebaskan, yang ikut jalan Yesus yaitu menyembuhkan yang sakit, memberi makan yang lapar, memberi minum yang haus, memberi pakaian bagi yang telanjang. Tujuan gereja adalah supaya kita ada di gerakan mesianik. Mesias itu Juruselamat. Yesus dilihat sebagai yang difirmankan, Dia yang dinanti. Dia yang menggenapkan seluruh nubuatan.
Ia melanjutkan bahwa gerakan mesianik itu hanya bisa dilakukan jika benar-benar mengenal siapa itu Yesus. Kita berkorban karena mengenal Yesus. Mau apapun kita percaya bahwa berkat dari Tuhan Yesus tidak selesai. Satu pertanyaan penting: Apakah kita sudah benar-benar mengenal Yesus? Gereja mempersiapkan jemaat menemukan Kristus sampai kepada kesempurnaan ketika Ia datang. Tugas gereja adalah untuk menghadirkan sorga di bumi.
Ia mengingatkan bahwa sudah benar kita mendirikan gereja (gedung) karena berupaya untuk makin mengenal siapa Yesus. Tetapi setelah gereja berdiri, kita harus tahu bahwa semua yang ada di gereja ini menjadi saksi tentang siapa kita, karena kita bukan hanya mendirikan gereja sebagai gedung, tetapi harus menjadi gereja sebagai persekutuan yang hidup. Ibadah gereja harus menjadi aksi. Menjadi tindakan-tindakan nyata.
Sementara itu Penjabat Bupati Kupang Alexon Lumba, SH, M.Hum menyampaikan kebahagiaan atas perjuangan jemaat membangun gedung kebaktian. Baginya gereja harus mampu dan berinterkasi intens dengan realitas sosial yang terjadi. Gereja harus memiliki kepekaan dan peduli menghadapi isu-isu kemiskinan ekstrim, stunting dan isu kesehatan lainnya, isu pendidikan serta gereja harus peduli dengan isu transformasi digital.
Ia menambahkan gereja dituntut untuk berbenah, bukan hanya dalam fisik semata, tetapi lebih dari itu gereja harus berbenah dalam partisipasi dan kontribusi dalam merubah kapasitas dan kualitas jemaat. Gereja menjadi akhirnya dapat menjadi institusi keagamaan yang memiliki nilai strategis.
Ia mengharapkan agar gereja harus menjadi rumah bersama, gereja menjadi tempat di mana pemberitaan firman terus menjadi prioritas. Gereja harus mengambil peran sebagai media hadirnya perubahan dalam jemaat melalui berbagai aktifitas diakonia. Gereja tetap menjadi bait Allah, tempat yang kudus untuk bersekutu dan berdoa.
Baginya pengresmian gedung ini menujukkan bahwa jemaat ini mandiri secara ekonomi dan iman. “Hari ini pantas disyukuri dan dikenang sebagai hari kemandirian dan pertanda kebangkitan seluruh masyarakat di desa Tesabela, khususnya Batubao,” tuturnya. Ia berbangga atas solidaritas dan partisipasi yang ditunjukan. Jaga terus agar Jemaat Lidamanu Batubao terus berlari dan menjadi terdepan dalam segala hal.
Dalam kesempatan ini dilakukan peluncuran buku sejarah jemaat: Ada Tuhan Di Lidamanu Batubao. Sejarah ditulis oleh Pdt. Arly de Haan dan Pdt. Eritrika Nulik.
Sesuai informasi dari ketua panitia pembangunan Mateos Daffa, rumah ibadah ini mulai dibangun tahun 2000. Selama 24 tahun silih berganti panitia maupun para pendeta. Dimulai dari Pdt. Apriana Kalegotana, pdt. Philipus Rehiara sampai Pdt. Maryanti Soli Umbu Zogara. Dibangun oleh 100 kepala keluarga, tetapi dalam perjalanan waktu, terjadi pemekaran jemaat sehingga tersisa 50 kepala keluarga.
GMIT Klasis Kupang Barat bagi kemuliaan Tuhan.f
Laporan: pdt. yft hb