Fatunausus, gmitklasiskupangbarat.or.id. -FATUNAUSUS. Nama yg asing di telinga sekalipun saya sudah pernah berkiprah dalam pelayanan di Klasis Soe dan Klasis Amanatun Selatan (Haumeni) dan Klasis Amanatun Timur (Jemaat Wilayah Manufui dan Jemaat Wilayah Meusin). Medan pelayanan yang berliku-liku dengan gunung-gunung yang tinggi serta jurang yang dalam bukan lagi masalah yang berat bagi saya. Saya pernah melayani di daerah TTS (Timor Tengah Selatan tapi sering diartikan dengan Tenang-Tenang Saja) seperti disebut oleh sesepuh TTS Bapak Eldat Nenabu dalam sambutannya buat para pelayan GMIT Klasis Kupang Barat seusai ibadah bersama Mata Jemaat Getsemani Oelnonon, Jemaat Bermata Jemaat Netpala, Klasis Molo Utara. Namun, kali ini kondisi saya tidak seperti yang dulu: muda, sehat dan kuat. Saya sudah diambang emeritus yang tidak sehat dan masih dalam proses pemulihan karena komplikasi penyakit. Tetapi semangat kebersamaan dalam GMIT Klasis Kupang Barat mendorong dan memotivasi saya untuk harus siap mengikuti kegiatan rekoleksi. Tentu hal ini adalah salah satu proses healing juga bagi saya. Lewat rekoleksi ini kami dapat melepaskan kejenuhan rutinitas pelayanan sejenak untuk bersama-sama. Jalan bersama, foto bersama, nyanyi bersama, bercanda dan tertawa, bercerita dan melupakan sejenak tanggung jawab pelayanan yg terbentang di hadapan.
Fatunausus dan Fatumnasi adalah wilayah yangg baru dan belum pernah dijejaki oleh saya. Cerita tentang keindahan alam dengan batu marmer sebagai kekayaan alam menyemangati saya untuk bisa pergi dan bisa melihat secara langsung dari dekat dan bukan hanya cerita orang saja. Melihat keindahan alam sepanjang perjalanan. Ada rasa syukur yang besar dalam hati untuk memuji TUHAN yang Maha Agung, Maha Besar dan Dahsyat telah menciptakan semuanya. Tetapi hati ini juga terus berguman mengucapkan doa dalam hati kiranya Tuhan melindungi kami dalam perjalanan.
Kami mulai memasuki badan/ruas jalan yang sempit dan terjal serta lembah yang curam dan dalam serta refak (longsoran). Kami harus melewati jalan tidak beraspal yang bergelombang, berkelok-kelok dan sungai (kali kecil) yang membuat semua mobil harus memiliki sopir yang tangkas dan berani serta tidak kehilangan akal untuk mencari posisi yang nyaman untuk bisa melewatinya. Kami (Pdt. Irene Toelle, Pdt. Deddy Mage dan Pdt. Gema Lima serta anak Jois Liunome, anak Diva Bria) semobil dengan Pdt. Isak Liunome. Pdt. Isak sebagai panitia dan penunjuk jalan yang cukup berani, berpengalaman, tangkas dan lihai mengemudikan mobil. Walaupun ada kecemasan, kekuatiran dan ketakutan yang terus menyelimuti perasaan kami. Akhirnya kami bisa melewati semua ruas jalan yang sukar dan tiba dengan selamat di Fatunausus. Berbagai perasaan yang berkecamuk dalam hati menjadi hilang. Ada rasa lega dan terus bersyukur memuliakan nama Tuhan yg telah memberi kesempatan bagi kami kelalui kegiatan rekoleksi ini. Kami yang sudah tua dalam pelayanan di TTS tetapi belum sempat menjejaki ke wilayah Mollo bisa sampai juga di daerah ini. Hati kami juga terus bersyukur karena ternyata masih ada kehidupan, keindahan dan kekayaan alam yang sangat besar di daerah yang nampak begitu keras karena gunung yang berlapis-lapis, batu-batu besar yg menjulang dan jurang yang dalam.
Perjalanan yang melelahkan karena memakan waktu kurang lebih 8 jam, menjadi ringan ketika acara demi acara dilewati dengan penuh sukacita. Ada tawa ria, cerita, puisi dadakan yang luar biasa membuat suasana menjadi hidup dan membuat kami melupakan alam Fatunausus yang dingin. Pentas seni secara spontanitas menyemarakan suasana karena masing-masing kelompok (7 kelompok) mementaskan karya seninya yang unik dan menyegarkan lewat nyanyian, puisi, gerakan yang lucu dan unik. Acara yang singkat tetapi cukup menghibur. Saya secara pribadi sangat menyesal karena tidak ada dalam group pentas seni. Padahal saya sangat rindu bisa masuk dalam group. Ini semua terjadi karena udara dingin yang menusuk tulang membuat saya tertidur. Ketika saya bangun, semua sudah ada dalam kelompok dan sedang berlatih apa yang mau dipentaskan. Saya akhirnya memilih untuk menjadi penonton saja. Pementasan berlangsung di udara terbuka. Saya takut kesehatan saya terganggu. Tetapi puji Tuhan apa yang saya takutkan tidak terjadi. Saya tetap enjoy, sehat dan kuat sampai pulang kembali ke Foeneno.
Terima kasih Tuhan untuk kesempatan hidup yang masih Tuhan anugerahkan. Terima kasih bapak KMK (Pdt. Doddy Octavianus) dan panitia untuk kesempatan berefreshing bersama para pelayan GMIT Klasis Kupang Barat yang menyegarkan dan memulihkan kejenuhan pelayanan selama dua hari. Semoga tahun depan bisa lebih dari 2 hari supaya ada proses healling juga bagi kami yang sakit-sakitan. Jadi lebih sehat dan semangat melayani. Terima kasih buat panitia yang hebat. Fotografer yang siap sedia memotret dan merekam dalam segala moment. Pak guru Niko Laidat yang memandu acara untuk pentas seni yang membuat semua tertawa senang dan melupakan dingin Mollo. Bestie-bestie yang selalu menyemarakan suasana dengan keunikannya masing-masing. Tidak lupa Pdt. Isak Liunome yang luar biasa mengemudi kendaraan hingga tiba dan kembali dengan selamat. Pdt. Yefta Bani reporter super aktif. Bapak Eldat Nenabu yang berkenan hadir dalam kebaktian bersama dan juga memberi oleh-oleh lewat natura lelang jemaat. Pdt Melky Asbanu, KMJ Jemaat Bermata Jemaat Netpala bersama jemaat yang dengan tulus menerima dan melayani kami. Bapak Herto (Humas dan Protokol Pemda Kab. TTS ) yang mendampingi kami. UMKM Wanita Tani “Suka Maju” Desa Ajaobaki yang menjamu kami dengan minuman susu jahe yg hangat dan cemilan buatan sendiri yang unik. Semua saudara dan bestie-bestie yang luar biasa menghibur, menyemangati dan penuh energi menyemarakan suasana rekoleksi. Tuhan Yesus memberkati. Semangat terus dalam pelayanan di tempat masing-masing.
GMIT Klasis Kupang Barat bagi kemuliaan Tuhan.f
Penulis: Pdt. Irene T. F. Toelle, S.Th (GMIT Betania Foeneno)
Editor: Pdt. yft hb