Nilopon,gmitklasiskupangbarat.or.id, -“Dengan adanya kelas menenun, katong bisa belajar banyak. Dari awal yang sonde tau gulung benang, akhirnya tau gulung benang sampai bisa menenun. Walaupun terlalu susah, tapi katong belajar sampai akhirnya bisa. Jadi dengan adanya ini kelas, katong bisa belajar kembali katong pung budaya tenun. Katong ju bisa menghasilkan uang dengan jual katong pung hasil tenun”, kata Maria Limau seorang peserta katekisasi pranikah yang juga seorang diaken di Mata Jemaat Nazaret Nilopon. Peserta lain Itho Taebenu berpendapat, “Sebagai laki-laki, walau hanya terima benang, beta senang karena katong laki-laki bisa bantu istri untuk menenun. Jadi sebenarnya menenun ini bukan hanya dilakukan oleh perempuan, tapi laki-laki pun bisa membantu istri dalam menenun.”
Praktek menenun dalam kelas Katekisasi Pranikah dilakukan oleh katekumen mata Jemaat Nazaret Nilopon, Jemaat Nilopon Klasis Kupang Barat. Menurut Pdt. Elwin Ndun Ketua Majelis Jemaat Nilopon, praktek menenun ini sebagai tindak lanjut atas materi dalam katekisasi pranikah, seperti Mengelola Keuangan Keluarga dan Mengelola Konflik Rumah Tangga. Tujuannya untuk lebih memperkuat kesiapan mental peserta ketika memasuki pernikahan. Dengan menenun mereka sudah mulai memahami bagaimana cara mengelola konflik dalam keluarga dan mengelola keuangan.
Kegiatan menenun menjadi bagian dari proses belajar angkatan pertama katekisasi pranikah yang diikuti 21 orang, terdiri dari 10 orang perempuan dan 11 orang laki-laki. Pelatih adalah anggota Majelis Mata Jemaat Nazaret Nilopon Pnt. Anaci Taebenu. Ia secara sukarela melatih peserta. Menurut Pnt. Anaci, sebelum di kelas katekisasi pranikah, praktek menenun sudah dilakukan pada Januari 2023 pada kelas katekisasi sidi yang dikikuti 3 orang perempuan. Mereka yang telah dilatih menunjukkan hasil karya sebelum diteguhkan menjadi anggota sidi. Mereka bahkan sudah memiliki pendapatan dengan menjual hasil tenunan. Setelah diteguhkan menjadi anggota sidi, 2 orang di antaranya mengikuti katekisasi pranikah dan mereka juga turut membantu melatih para katekumen.
Bagaimana peran laki-laki dalam menenun? Tahap awal dari menenun adalah menggulung benang dan mengatur benang atau dikenal dengan istilah “non”artinya “mengatur benang.” Pada tahap ini perempuan tidak bisa melakukannya seorang diri. Harus ada yang membantu “non” agar hasil tenun menjadi rapi dan padat. Di sinilah laki-laki atau suami berperan. Laki-laki dipersiapkan untuk menjadi seorang kepala keluarga yang turut membantu istri dalam menenun.
Menurut Pnt. Anaci Taebenu, hasil tenun anggota jemaat pranikah belum maksimal sehingga harus terus berlatih. Untuk itu, anggota jemaat pranikah yang nanti akan menikah, satu minggu sebelum dilangsungkan peneguhan dan pemberkatan nikah harus menunjukan lagi hasil karya tenunnya kepada jemaat. Setelah menjadi bagian dari kategorial perempuan GMIT Nazaret Nilopon, tiap perempuan wajib menunjukkan hasil tenunan berupa 1 lembar tais (sarung) atau beti (selimut). Tenunan itu dipamerkan setiap bulan Oktober.
Kegiatan ini diharapkan menjadi program wajib dan tetap dalam kelas katekisasi sidi dan katekisasi pranikah. Hal ini dapat menolong para pemuda untuk tidak perlu lagi mencari penghasilan di luar daerah, tetapi dapat dilakukan di kampung sendiri. Yang terutama adalah melestarikan tenunan daerah sendiri dari generasi ke generasi dan bangga menggunakannya.
GMIT Klasis Kupang Barat bagi kemuliaan Tuhan.f
Kontributor: Pdt. Elwin Ndun
Editor: Pdt. yft hb