
(doc. pribadi)
Oekona, gmitklasiskupangbarat.or.id –Camp Pemuda GMIT Klasis Kupang Barat telah usai. Namun, kegiatan yang berlangsung di Fatu Bikase, Oekona sejak tanggal 12-15 Juli itu telah menorehkan cerita yang masih terus membekas hingga kini.
Banyak pengalaman, banyak hal positif yang diperoleh ketika mengikuti kegiatan Camp Pemuda Klasis Kupang Barat. Banyak orang-orang hebat yang terlibat dalam menyukseskan kegiatan. Mulai dari bapak Bupati Kupang, hingga Ketua Majelis Sinode GMIT. Selain itu, terdapat juga sesi penyampaian materi oleh beberapa narasumber yang turut diundang pada kesempatan itu.
Salah satu materi yang dibawakan adalah tentang Literasi Digital yang disampaikan oleh Kak Ivan Rondo pada Kamis, 13 Juli 2022. Dalam materi yang disampaikannya itu, beliau menyinggung tentang realitas perkembangan dunia yang bergerak begitu cepatnya, khususnya perkembangan dan kemajuan dalam dunia digital. Dalam realitas itu, terdapat fakta yang cukup memprihatinkan. Banyak orang yang terbuai di dalam kemajuan teknologi akhir-akhir ini. Fakta bahwa banyak sekali orang yang waktu dan fokusnya terbuang percuma karena melakukan kegiatan yang kurang, bahkan tidak bermanfaat sama sekali di dunia maya.
Sehubungan dengan itu, beliau menambahkan bahwa: “Gereja mesti memahami perkembangan dunia saat ini, sehingga dari padanya gereja dapat menyesuaikan diri.” Gereja tidak boleh hanya berdiam diri. Sebab apabila gereja terus berdiam diri di tengah kemajuan zaman yang begitu cepat, sesungguhnya saat itu gereja sudah “mati suri”. Gereja tidak akan mampu menjawab persoalan dan pergumulan dunia yang terus bergerak maju, apabila gereja hanya terus berdiri di tempatnya. Mau tidak mau, gereja mesti terus berusaha menyesuaikan diri dengan perubahan zaman yang bergerak dengan begitu cepatnya.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan gereja adalah melalui literasi digital. Mengutip dari Wikipedia, literasi digital adalah pengetahuan dan kecakapan untuk menggunakan media digital, alat-alat komunikasi atau jaringan dalam menemukan, mengevaluasi, menggunakan, membuat informasi dan memanfaatkannya secara sehat, bijak, cerdas, cermat, tepat, dan patuh hukum sesuai dengan kegunaannya dalam rangka membina komunikasi dan interaksi dalam kehidupan sehari-hari. UNESCO sendiri menguraikan bahwa literasi digital adalah kecakapan yang tidak hanya melibatkan kemampuan penggunaan perangkat teknologi, informasi dan komunikasi, tetapi juga melibatkan kemampuan dalam pembelajaran bersosialisasi, sikap berpikir kritis, kreatif, serta inspiratif sebagai kompetisi digital.
Gereja, khususnya melalui orang-orang muda di dalamnya mesti mengoptimalkan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi melalui literasi digital. Gereja memanfaatkan media informasi dan komunikasi sebagai sarana pelayanan (digital ministry), agar pelayanan gereja dapat menjangkau semua lini dan dapat menjawab berbagai pergumulan dalam berbagai konteks. Sehubungan dengan itu, kak Ivan Rondo menambahkan bahwa: “Diperlukan usaha untuk memahami cara dan pendekatannya, bagaimana memulainya dan seperti apa strateginya.” Karena itu, ia menghimbau kepada orang-orang muda, sebagai masa sekarang dan juga masa depan gereja, agar dapat sebijak mungkin menciptakan ruang untuk berkreasi dan mengembangkan kemampuan lewat media digital. Dengan memiliki kemampuan literasi digital, orang muda dapat membantu pelayanan gereja melalui digital ministry. Peran ini tidak hanya diperuntukkan bagi orang-orang muda gereja, namun dibutuhkan kolaborasi semua generasi untuk bersinergi dalam mengembangkan pelayanan melalui digital ministry.
Ayo, bersama mendukung dan mengembangkan pelayanan melalui digital ministry!
GMIT Klasis Kupang Barat bagi kemuliaan Tuhan.f
Penulis: Risky Sina (Mahasiswa praktek SKL F.Th UKAW Kupang di GMIT Jemaat Oemathonis Noelsinas/Jones)
Editor: Pdt. yft hb
Semangat melayani dan dalam nama Tuhan Yesus semua akan berjalan dengan baik, semangat membangun kaum muda/i demi masa depan
Terima kasih. Mari terus melayani bersama dalam Tuhan.f