MENDIDIK ORANG MUDA (Amsal 22:6)

Pdt. Sepriana A-Nomseo dan anak-anak Oekona.

Didiklah orang muda menurut jalan yang patut diapresiasi, maka pada masa orang tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari jalan itu. ( Amsal 22 : 6 )

Urusan mendidik orang muda zaman sekarang lebih berat dari pada masa lalu. Urusan mendidik hari ini tidak hanya berurusan dengan orang-orang dalam rumah, tapi di hari-hari ini urusan itu bersinggungan langsung dengan anak-anak yang kapan saja bisa terhubung dengan dunia luas melalui  android . Segala sesuatu yang baik dan tidak baik dapat mereka akses di sana, apa saja yang bisa dipertontonkan hanya dengan sekali klik   entah itu yang patut maupun tidak patut. Belum lagi lingkungan tempat mereka bergaul lengkap dengan bestie’s (sahabat). Syukur-syukur sahabatmembawa dampak positif, bagaimana kalau sebaliknya? Sampai di sini , sebagai orang tua dengan jumlah kekuatiranpun tidak dapat mengekang anak dari perkembangan zaman sekarang karena kita sudah melanggar hak asasi anak.  Sapa yang mau kena pasal o?Jadi apa yang harus dilakukan? Amsal 22:6 harus tetap menjadi. Ini bukan tugas yang mudah memang, kendatipun begitu tetap harus dikerjakan karena jika kita tidak mendidik mereka dengan baik hari ini akan sama dengan kita kehilangan satu generasi di masa depan. Tentu sebagai orang tua meminta hikmat dari Tuhan dan berusaha menjadi teladan yang baik untuk menjadi pendidik yang baik. Ini tentu jadi pergumulan berat bagi semua orang tua Kristen.

Salah satu contoh mendidik yang sederhana, memuji mereka untuk saling menyapa ketika bertemu, memuji mereka ketika bertamu ke rumah orang, pembelajaran mereka berbicara hal-hal yang baik dan contohkan itu. Jangan segan untuk menyapa mereka terlebih dahulu dengan senyuman yang tulus karena sejatinya anak-anak adalah peniru ulung.

Hari ini (30/8/2022), beta baru pulang pimpin Ibadah Perempuan GMIT di Gugus II. Pulangnya bertemu dengan anak-anak yang keluar sekolah. Beta senang karena budaya saling sapa dengan sedikit basa masih terpelihara di tempat ini. Anak-anak masih peduli dengan siapapun yang kebetulan mereka temui di jalan dan di depan rumah yang mereka lewati.

Sayangnya kebiasaan baik ini mulai terkikis bahkan tak lagi kita jumpai di kota atau tempat-tempat tertentu yang individualitasnya mulai menonjol. Miris, tapi ini kenyataan. Karena itu saya berterima kasih kalau masih dengar dan harus berulang- ulang saat anak-anak menyapa: “Selamat siang ma. Shalom ibu, da ma…da… ma dari mana? Oh, dari Panaf? Su pulang ibadat ko ibu…. dst..”   Meskipun ada yang panggil “ma”, ada yang panggil “ibu” tidak masalah selama itu masih sopan dan ada inisiatif untuk menyapa. Jujur , ini yang jadi ide saya menulis panjang hari ini. Terus pupuk kebiasaan-kebiasaan yang baik agar tetap lurus jalanmu di masa depan.

GMIT Klasis Kupang Barat bagi kemuliaan Tuhan.f

 

Penulis: Pdt. Sepriana M. A. Unbanu-Nomseo, S.Th (Pelayan GMIT Hosana Oekona)

Redaktur: Pdt. yft hb

Leave a Reply