Batulesa, gmitklasiskupangbarat.or.id. –“Menjadi seorang pemimpin bukanlah sebuah perkara yang mudah, sebab ia harus mampu melihat setiap situasi dari berbaga segi, dan siap memanfaatkan berbagai peluang dari situasi-situasi tersebut, serta menjadikannya menjadi sesuatu yang bermakna dan berharga”
Perkenalkan nama saya Kristin Kurnia Noman. Saya merupakan salah satu mahasiswa dari Fakultas Teologi, Universitas Kristen Arta Wacana-Kupang, yang diutus untuk melaksanakan praktek atau pendidikan lapangan. Saya menjalani praktek CP (Collegium Pastorale), di GMIT Jemaat Aku Ada Batulesa, Klasis Kupang Barat. GMIT Jemaat Aku Ada Batulesa terletak di Desa Sumlili, Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang. Secara geografis, GMIT Jemaat Aku Ada Batulesa terletak di antara pegunungan dan pesisir pantai. Pantai tersebut merupakan salah satu ikon wisata di Kabupaten Kupang yang bernama Pantai Alamanda. Keindahan pantai tersebut telah menarik perhatian para wisatawan dari berbagai daerah. Tidak heran jika pantai tersebut selalu dikunjungi oleh banyak pengunjung. Selain berwisata di pantai, banyak pengunjung dari berbagai gereja yang juga melakukan kegiatan-kegiatan rohani seperti Kebaktian Penyegaran Iman, yang tentunya juga melibatkan seluruh warga jemaat Aku Ada Batulesa. Menurut Ketua Majelis Jemaat Aku Ada Batulesa, Pdt. Vonika A. Dolwala-Adoe, S.Th, kegiatan-kegiatan rohani tersebut bukan baru satu atau dua kali dilakukan, melainkan telah dilakukan berulang kali dari gereja yang berbeda-beda.
Ketika mendengar bahwa saya akan melakukan praktek CP di jemaat tersebut. ada sedikit rasa ragu dan takut. Sebab Jemaat Aku Ada Batulesa merupakan nama yang sangat asing di telinga saya, ditambah lagi dengan letaknya yang sama sekali tidak saya ketahui. Dalam perjalanan menuju lokasi tersebut, ada begitu banyak pertanyaan di benak saya mengenai jemaat tersebut, yakni bagaimana kondisinya? Bagaimana relasi saya dengan jemaat tersebut, bagaimana relasi saya dengan pendeta dan yang paling utama adalah apakah saya mampu mengemban tugas dengan baik selama berproses bersama jemaat tersebut? Namun pertanyaan-pertanyaan tersebut pada akhirnya bukan lagi menjadi sebuah beban. Melainkan merupakan suatu hal baru yang perlu untuk saya terima dan syukuri dan menjadikannya menjadi suatu hal yang berharga untuk saya pelajari selanjutnya.
Selama melaksanakan proses pendidikan lapangan tersebut yakni CP, banyak hal yang saya temui dan juga pelajari. Di antaranya yaitu: pertama, saya dapat belajar dari kehidupan bahkan kebudayaan jemaat Aku Ada Batulesa yang sebagian besar jemaatnya adalah orang Rote. Kedua, saya dapat belajar berbagai hal yang sesungguhnya sangat berarti dari kehidupan keluarga pendeta. Ketiga, saya dapat belajar bagaimana peran seorang pemimpin sangatlah dibutuhkan baik itu dalam suatu jemaat atau dalam sebuah organisasi. Tanpa pemimpin, segala program yang telah disepakati bersama tidak akan berjalan dengan baik sebagaimana yang telah diharapkan bersama.
Ketika Jemaat Aku Ada berada dalam masa pandemi Covid-19, kondisi keuangan menjadi tidak stabil. Sedangkan gedung gereja masih berada dalam proses pembangunan yang tentunya membutuhkan dana yang besar. Maka salah satu cara yang digunakan oleh ibu Ketua Majelis Jemaat Aku Ada, adalah menjual hasil pertanian secara online. Hasil pertanian tersebut diambil langsung dari hasil perkebunan jemaat. Sebagian besar jemaat Aku Ada Batulesa bermata pencaharian sebagai petani. Dan dari sejumlah hasil pertanian tersebut, bawang merah merupakan salah satu hasil pangan terbesar. Hal ini diakibatkan oleh tekstur tanah yang berpasir sehingga memudahkan proses pertumbuhan pada tanaman.
Hasil pertanian tersebut menarik perhatian banyak orang. Dalam kesempatan panen perdana bawang merah yang diusahakan gereja untuk pembangunan, hadir Gubernur NTT Bapak Viktor Laiskodat, Bupati Kupang Bapak Korinus Masneno dan Wakil Bupati Kupang Bapak Jery Manafe beserta jajaran. Kegiatan dilaksanakan pada Selasa, 21 Juni 2022. Dari hal tersebut saya menyadari bahwa setiap proses dapat berjalan dengan baik, ketika kita yakin bahwa kita mampu melakukan semua itu, terutama ketika kita berani untuk mencoba. Saya kembali menyadari betapa pentingnya kehadiran seorang pemimpin. Di mana menjadi seorang pemimpin berarti siap bertanggung jawab dan turut aktif dalam segala sesuatu yang telah dirancangkan.
Selain itu, ada satu hal menarik yang telah menyita perhatian saya, yakni pendidikan. Pendidikan tentu merupakan suatu hal yang sangat penting dan sangat berguna bagi masa depan. Tidak heran jika banyak orang yang berlomba-lomba untuk meraih pendidikan setinggi-tingginya. Anak-anak Batulesa berusaha dan terus berjuang untuk pergi ke sekolah sekalipun harus melewati banjir di musim hujan. Namun tidak dapat dipungkiri jika ada saat di mana mereka memutuskan untuk tidak pergi ke sekolah. Mereka memiliki kerinduan yang sangat besar untuk bisa pergi sekolah demi memperoleh pendidikan. Tentu ini merupakan salah satu hal yang sampai saat ini menjadi pergumulan warga setempat. Mereka sangat berharap jika suatu saat nanti para pemerintah dapat memperhatikan kondisi jalan dan jembatan, sehingga dapat memudahkan mereka dalam mengakses berbagai hal. Hal tersebut pada akhirnya terjawab dan disetujui secara langsung oleh Bapak Gubernur NTT Viktor Laiskodat melalui sambutan pada saat panen bawang merah. Permintaan perbaikan jalan dan pembuatan jembatan disampaikan oleh Ibu Pdt. Vonika A. Dolwala-Adoe, S. Th dalam sambutannya mewakili jemaat.
Melalui berbagai kisah dan pengalaman yang saya peroleh selama melaksanakan Collegium Patorale, saya belajar bahwa ada begitu banyak hal yang kita temui dalam kehidupan kita, entah itu baik atau buruk. Namun segala sesuatu dapat berjalan dengan baik, jika kita memiliki sedikit keberanian untuk menghadapi semua itu. Selanjutnya, masih ada begitu banyak hal yang saya alami dan lalui selama berproses bersama jemaat Aku Ada Batulesa, baik itu ketika berhadapan dengan pergumulan jemaat maupun pelayanan. Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih kepada Klasis Kupang Barat, terkhususnya Jemaat GMIT Aku Ada Batulesa yang dengan tangan terbuka mau menerima dan memberi kesempatan kepada saya untuk belajar dan berproses bersama.
GMIT Klasis Kupang Barat bagi kemuliaan Tuhan.f
Penulis: Kristin Kurnia Noman.
Editor: Pdt. yft hb