Oesapa,gmitklasiskupangbarat.or.id,- “Saya berterima kasih atas acara hari ini, karena saya tidak punya kebiasaan sebenarnya untuk merayakan. Biasanya diam-diam saja. Tapi karena ini memang istimewa berhubungan juga dengan peluncuran buku. Saya senang bahwa acara itu dilakukan di sini. Inilah kapel yang sejak saya berusia 26 tahun pulang balik di sini.” Demikian pernyataan Pdt. Emr. Dr. Andreas A. Yewanggoe dalam Acara Peluncuran dan Bincang Buku Syukur HUT ke-78 “Hidup Dalam Kebenaran Allah” Sebagai Penghormatan Kepada Pdt. Emr. Dr. Andreas A. Yewangoe. Acara ini berlangsung di Kapela Fakultas Teologi UKAW Kupang (31/3/2023). Lebih lanjut Pdt. Yewangoe mengatakan bahwa sejak tahun 1971 sampai tahun 2001 ia berada di Fakultas Teologi UKAW Kupang. Sejak tahun 2001 ia berada di Jakarta untuk mengajar di STT Jakarta dan menjalankan tugas sebagai ketua umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI). “Sebenarnya kalau dilihat dari segi itu saya sudah tinggalkan UKAW ini, walaupun dalam hati saya itu tidak pernah ditinggalkan,” ungkap Pdt. Y (sapaan selama menjabat ketua umum PGI). Pendeta yang juga menjadi anggota Badan Pembina Ideologi Pancasila ini kemudian menyerahkan buku terbarunya kepada Dekan Fakultas Teologi UKAW Kupang Pdt. Dr. Wilfrid F. Ruku. Buku itu berjudul: “Israel Palestina, Perseteruan Abadi.”
Seluruh rangkaian acara diawali dengan ibadah syukur yang dipimpin oleh Pdt. Paoina Nggefak-Bara Pa, UPP Tanggap Bencana dan Kemanusiaan Majelis Sinode GMIT. Firman Tuhan didasarkan pada Mazmur 37:25 yang berbunyi: “Dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua, tetapi tidak pernah ‘ku lihat orang benar ditinggalkan atau anak cucunya meminta-minta roti.” Pdt. Ina mengajak untuk bersyukur atas ulang tahun ke-78 dan peluncuran buku untuk Bapa Yewangoe. Baginya semua perlu belajar tentang karakter Allah yang dihidupi oleh abdi atau hamba-Nya yaitu pertama, hidup sebagai murid. Menjadi murid yang terus belajar pada Tuannya. Kedua, seperti sebuah buku yang menyimpan harta karun untuk temukan hikmat. Salah satunya adalah hidup lurus, jujur dan bergaul dengan firman Allah. Ketiga, hidup seperti buku yang dipelajari. Kehidupan bapa Yewangoe dan mama menjadi teladan bagi banyak orang. Keempat, ada perasaan segan, bukan takut. Pada diri Bapa Yewangoe seperti ada na’i. Ke manapun seperti diawasi oleh bapa Yewangoe. Jika hidup dalam kebenaran maka kebenaran itu akan menyebarkan aromanya sebagai bentuk dilindungi, dijagai.
Sementara itu, Ketua Badan Pembina Yayasan UKAW Djidon de Haan menyampaikan Pertama, artikel yang ditulis oleh Emil Khoren (1961): “Tidak ada sesuatu apapun yang lebih berharga bagi umat manusia selain buku. Karena melalui buku orang bisa mengubah dirinya, melalui buku orang bisa termotivasi untuk memberikan atau menemukan temuan-temuan baru, melalui buku orang bisa berubah kelakuannya, melalui buku dst….” Kedua, buku: “Hidup Dalam Kebenaran Allah.” Ia menjadi saksi hidup bahwa judul buku ini adalah kristalisasi dari hidup Pdt. A. A. Yewangoe. Dua hal yang ia perhatikan dari hidup Pdt. Yewangoe yaitu konsisten. Di mana-mana tempat tidak keluar dari konsistensi terhadap kebenaran, kebenaran, pembenaran. Sebuah syair lagu: “Sirih pinang sepanjang jalan, hampirlah malam membakar dupa. Guru-guru punya ajaran, sampai mati tidak ‘ku lupa.”
Acara dilanjutkan dengan bincang buku: “Hidup Dalam Kebenaran Allah.” Bincang buku menghadirkan Prof. Ir. Frans Umu Data, M.App, Sc, Phd dan Pdt. Dr. Nelman A. Wenny dengan moderator Pdt. Dra. Lintje Pellu, M.Si. PhD. Buku “Hidup Dalam Kebenaran Allah” diterbitkan oleh BPK Gunung Mulia. Buku ini berisi kumpulan tulisan dari para sahabat, pendeta, dosen dan mantan anak didik dari Pdt. A. A. Yewangoe yang berada di dalam maupun luar negeri.
Seluruh rangkain acara disiarkan melalui Youtube Fakultas Teologi UKAW Kupang dan aplikasi Zoom dalam kerjasama dengan Kubaline GMIT Klasis Kupang Barat.
Laporan: Pdt. yft hb