
Tuamese,gmitklasiskupangbarat.or.id, -“Kita membaca sebuah kisah yang terambil dari 2 Raja-Raja 2:1-18. Ini bukan hanya kisah tetang perpisahan, tetapi ini jug akisah tentang ketaatan, ketekunan dan juga penuh dengan iman.” Demikian pernyataan Pdt. Viktor Paulus Boru, S.Th dalam pengantar khotbahnya pada Ibadah Pengutusan Pdt. Philipus Y. Rehiara, S.Th, Perhadapan Pdt. Leonard G. Lak’apu, S.Th dan serah terima Ketua Majelis Jemaat Masa Meriba Tuamese, Minggu (1/6/2025).
Dalam bacaan ini Pdt. Viktor menyimpulkan dalam empat poin: Pertama, kesetiaan dalam mengikuti meski tidak memahami. Pada waktu Elia akan diangkat oleh Tuhan ke sorga, tiga kali Elia berkata kepada Elisa untuk tetap tinggal, stop di sini, berhenti di sini karena Tuhan menyuruh untuk pergi ke Betel, Yerikho dan sungai Yordan. tetapi jawaban dari Elisa adalah tetap ikut Elia. Elisa tidak tahu sepenuhnya yang akan terjadi dan apa yang akan dihadapi. Tetapi ia tahu siapa Elia yang ia ikuti. Kita diutus dalam ruang, tempat dan perjalanan yang terkadang tidak dipahami. Pertanyaannya apakah di dalam ketidak pahaman dan mengerti itu kita masih tetap setia atau tidak.
Kedua, kesetiaan dalam mendengar dan menolak gangguan. Perjalanan Elia dan Elisa diganggu oleh para nabi yang datang dan berkata kepada Elisa bahwa Elia akan terangkat ke sorga. Suara-suara itu disampaikan untuk menggangu kesetiaan Elisa. Kita diutus terkadang mendengar suara yang kurang baik. Apakah suara-suara itu akan mengganggu padahal itu semua sementara menceritakan tentang kebenaran? Seorang hamba yang setia tahu kapan mendengar dan kapan diam. Tetap fokus pada Tuhan maka Tuhan akan sayang pada hamba yang melayani-Nya.
Ketiga, kesetiaan yang menghasilkan kesetiaan rohani. Elisa bukan hanya diuji secara fisik (berjalan ke tiga tempat), tetapi juga secara rohani. Elisa tidak meminta kekuasaan dan jabatan, tetapi ia meminta kepada apa yang menjadi inti pelayanan yaitu panggilan dan pengurapan. Ia meminta dua bagian roh Elia. Jangan mau kehilangan pengurapan dari Roh Allah. Bagi Elisa, roh yang ia dapatkan akan mempermudah hidup dan pelayanannya. Elia terangkat ke sorga, Elisa tidak terangkat. Ketika Elisa mati dan orang-orang yang mati menyentuh tulangnya, mereka hidup. itu artinya ketika Roh Allah ada di dalam diri dan kita tidak ada lagi, tetapi Roh itu masih hidup bagi orang lain. Para hamba Allah silih berganti, tetapi ingatan tentang kebaikan itu akan tetap hidup di tengah-tengah jemaat.
Keempat, kesetiaan yang diakui oleh orang lain. “Roh Elia telah hinggap pada Elisa.” Itu suatu pengakuan dari orang-orang yang melihat Elisa. Pada akhirnya kesetiaan itu memiliki suara lebih besar dari kata-kata. Ketika Elisa melanjutkan tugas kenabian orang lain melihat kuasa Tuhan dalam diri Elisa. Kuasa itu bukan hanya bagi diri pribadi, tetapi nampak bagi orang lain. Ada sukacita, damai sejahtera dan melihat hamba Tuhan yang berjalan, bukan hamba uang. Roh Elia turun ke Elisa dalam keadaan baik. Elisa turun ke Gehazi, Gehazi menjadi tamak, menipu dan menjadi hamba uang.
Pelayan GMIT Jemaat Getsemani Banbiu yang akrab dipanggil Pendeta Veki mengingatkan bahwa banyak pendeta jatuh oleh karena finansial, uang, harta dan sebagainya. Pendeta ditabiskan untuk pengurapan Roh Allah hidup dalam diri, ternyata dalam perjalanan mengalami tantangan, goncangan dan sebagainya melupakan Roh Allah dan hidup dalam kehidupan yang dikuatkan oleh harta. Menjadi tidak sabar dan tidak setia kepada panggilan Tuhan. Fokus pada pelayanan mulai pudar dan hilang. Sekarang berada di dalam ruang yang dikenal dengan kenyamanan dan hedonisme.
GMIT Klasis Kupang Barat bagi kemuliaan Tuhan.f
Laporan: Pdt. yft hb